LIPUTAN KHUSUS

Petani Karet Jambi Tak Panen 3 Tahun Terakhir, Alih Profesi ke Sopir dan Buruh, 4 Pabrik Terdampak

Padahal, angka yang diharapkan petani untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yaitu Rp12.000 per kilogram

|
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUN JAMBI
Petani karet di Muara Bulian saat menyadap kebun karetnya. 

Pertama, karena harga getah karet yang murah, membuat petani dan pemilik lahan beralih menanam sawit.

Kedua, tidak adanya bantuan pemerintah untuk peremajaan pohon karet, padahal kelapa sawit mendapatkan dana dari pemerintah untuk peremajaan.

"Untuk peremajaan karet ini tidak ada yang dikucurkan oleh pemerintah. Tapi kalau sawit, pemerintah memberikan kucuran dana untuk peremajaan. Jadi faktor itulah membuat warga beralih ke kelapa sawit," tuturnya.

Beralih profesi

Petani karet Jambi banyak beralih profesi menjadi buruh tani sawit. Itu imbas harga karet stagnan dan tidak menguntungkan petani/pekebun karet dalam kurun tiga tahun terakhir.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agus Rizal, menyebut sebagian besar petani karet meninggalkan profesinya.

Selain menjadi buruh sawit, mereka beralih menjadi sopir angkutan batu bara dan penambang emas.

"Mereka ganti profesi beralasan. Pertama, soal harga karet tak kunjung membaik. Kedua, penghasilan lebih baik menjadi buruh sawit. Jika dibandingkan antara sawit dan karet, lebih berpenghasilan sawit yang cepat dapat uang," kata Agus via pesan WhatsApp, Minggu (18/6/2023).

Agus mengungkapkan harga karet di tingkat petani Rp7.000 per kilogram dan tingkat pabrik Rp9.000 per kilogram.

"Dijual di tingkat petani Rp7.000 per kg. Kalau dia jadi buruh sawit, itu bisa dapat Rp200 ribu penghasilannya per hari," katanya .

Akibat kondisi yang tidak menguntungkan secara ekonomi, akhirnya mereka lebih memilih bekerja menjadi pemanen sawit dibanding nyadap (deres) karet.

Empat pabrik terdampak

Imbas dari peralihan profesi dan tidak lagi memanen karet itu, sejumlah pabrik kekurangan bahan baku untuk beroperasi.

Bahkan ada pabrik yang meredup alias tidak beroperasi dan melakukan pengurangan karyawan.

Tercatat, empat dari 11 pabrik karet di Provinsi Jambi terkendala pasokan bahan baku. Akhirnya, manajemen pabrik melakukan pengurangan karyawan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved