Kisah Pangkal Babu Desa yang Penuh Misteri di Tanjung Jabung Barat Banyak Menyimpan Hal Menarik

Berita Jambi - Pangkal Babu merupakan sebuah desa tersembunyi, yang menyimpan banyak hal menarik

Penulis: Ade Setyawati | Editor: Rahimin
tribunjambi/ade setyawati
Kawasan Pangkal Babu dijadikan ada yang dijadikan zona pemanfaatan, zona perlindungan dan zona ekowisata. 

Samsudin (30) warga desa setempatmengatakan, meski saat ini kondisi Pangkal Babu sudah mulai dikenal dan banyak wisatawan yang berdatangan, namun untuk lampu penerangan dan signal masih sangat sulit.

"Akses jalan mulai bagus pada Desember 2022. Saat itulah masyarakat baru bisa lebih bebas menjangkau perkotaan bisa pakai motor, sepeda maupun perahu. Meski begitu, untuk jaringan internet masih belum ada, bahkan untuk penerangan beberapa ada yang menggunakan diesel untuk malam hari dan sebagiannya lagi hanya lampu minyak," ujarnya.

Mereka bersyukur sekali dibangunnya akses jalan, banyak sekali perbedaan yang dirasakan masyarakat dengan akses jalan yang terhubung.

"Selain masyarakat mudah menjangkau perkotaan, anak-anak di desa juga bisa bersekolah, sebelumnya anak-anak di desa ini tidak sekolah karena tidak ada akses jalan," ujarnya.

Disematkannya julukan Pangkal Babu juga tidak lepas kaitannya dengan mistis yang telah dialami baik masyarakat sekitar maupun yang hanya melintas.

M Soleh (60) sebagai yang dituakan di Pangkal Babu menjelaskan asal mula penyebutan nama Pangkal Babu, memang sangat erat kaitannya dengan mistis.

Sebutan Pangkal Babu berawal dari puluhan tahun yang lalu. Di mana, transportasi utama di daerah tersebut ialah perahu dayung.

Pengguna perahu dayung kerap mengalami peristiwa mistis yang sulit dijelaskan oleh akal sehat.

Di mana, pada masa itu, ketika lewat Pangkal Babu perahu dayung tidak bisa berjalan, dan harus ada sesuatu yang dibuang di area tersebut baru bisa berjalan lagi dan hal ini selalu terjadi.

Samsudin (30) dan M Saleh (kanan) yang dituakan di Desa Pangkal Babu.
Samsudin (30) dan M Saleh (kanan) yang dituakan di Desa Pangkal Babu. (tribunjambi/ade setyawati)

"Lantaran berbagai pengalaman mistis yang dirasakan, pengguna transportasi masa itu menyebutnya sebagai Pangkal Babu yang memiliki arti pangkal hantu atau tempat tinggal orang bunian," ia menjelaskan.

Meskipun masa itu Tungkal 1 sudah disebut sebagai Pangkal Babu, namun belum ada penduduk yang menetap.

"Orang tua saya merupakan orang ke 4 yang ingin membuka lahan di sini, orang pertama gagal, kedua dan ketiga pun gagal. Orang tua saya yang berhasil, orang tua saya merintis di sini pada 1977, setelah dua tahun merintis kami satu keluarga memutuskan pindah pada 1979," ia menceritakan. 

Soleh bilang, tradisi yang dijalankan oleh orang tua zaman dulu hingga kini masih di jalankan oleh seluruh masyarakat kampung.

Tradisi tersebut dinamakan nyimah parit. Nyimah parit digelar setelah Salat Isya sekitar pukul 20.00 WIB dan berakhir mendekati Salat Subuh.

"Dalam tradisi nyimah parit, ada 7 orang yang main kompang nanti membaca sholawat khusus setelah 1 putaran akan di hidangkan makanan. Setelah selesai dimulai putaran kedua lagi kompangan dan baca sholawat khusus. Setelah putaran kedua dihidangkan lagi makanan hingga 7 putaran dan putaran terakhir baru menu utama yaitu kambing. Untuk kambing digelar 3 tahun sekali dan untuk ayam ingkung setiap tahun," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved