Berita Tanjabtim
Bantuan Subsidi BBM di Tanjabtim Tak Merata, Banyak Nelayan Tak Dapat Bantuan
Berita Jambi, para nelayan ataupun pemilik pompong tak semua mendapat bantuan subsidi BBM. Dari seluruh nelayan, hanya sebagian kecil yang mendapatkan
Penulis: Rifani Halim | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Edy Mubarok pengepul hasil tangkapan laut atau tauke ikan dari para nelayan Nipah Panjang, Tanjung Jabung Timur menyatakan, bahwa para nelayan ataupun pemilik pompong tak semua mendapat bantuan subsidi BBM.
Dari seluruh nelayan, hanya sebagian kecil yang mendapatkan program bantuan subsidi karena terdampak kenaikan BBM.
Menurutnya, para nelayan, terlebih khusus para istri nelayan memang sempat mendapatkan bantuan langsung tunai yang diambil di kantor pos terdekat. Namun, bantuan tersebut lebih dominan ibu rumah tangga.
"Ada sebagian nelayan dapat bantuan subsidi BBM, cuma banyak ibu-ibu saja yang mendapatkan bantuan itu. Itupun bantuan saya rasa kurang merata kepada nelayan di Nipah Panjang," kata Edy, Jum'at (21/10/2022).
Lanjutnya, bantuan tersebut tidak merata ke setiap warga umum ataupun warga yang bekerja sebagai nelayan. Hal ini tidak ketahui pasti apakah data sudah benar atau belum.
Dia menerangkan, dengan kenaikan harga BBM solar, pastinya uang operasional para nelayan saat mencari ikan harus naik.
Baca juga: 15 Desa Baru di Tebo Resmi Disahkan Kemendagri
Baca juga: Lubuk Mandarsah Tebo Blank Spot, Pendidikan Tertumpu Di SMPN 44
"Biasanya operasional satu pompong atau perahu motor isi lima orang kru itu lima juta sekali melaut, saat ini bisa menjadi delapan juta. Cukup besar ongkos," terangnya.
Terlebih, saat ini kondisi cuaca kata Edy beberapa hari belakangan cukup ekstrim, membuat para nelayan harus rutin libur. Hal ini dikarenakan ombak mulai tinggi menjelang bulan November hingga Desember.
Kondisi harga ikan laut membuat Edy dan rekan-rekannya cukup kebingungan. Penampungan ikan hasil laut di Jakarta tidak membutuhkan ikan dalam jumlah yang banyak, dengan alasan ekspor ikan yang sedang tidak stabil.
"Jadi harga ikan ini tidak ada peningkatan, padahal uang operasional nelayan ke laut sudah bertambah. Tak seimbang dengan keadaan," katanya.
Sementara itu, Edy mengatakan semenjak harga BBM jenis solar naik, harga es balok untuk mendinginkan ikan hasil tangkapan laut naik dari harga Rp 16.000, menjadi Rp 18.000.
"Harga es naik 2 ribu rupiah sejak harga minyak ini naik. Karena orang es balok ini pakai solar juga jadi naik harganya," kata Edy.
Untuk harga BBM jenis solar yang Edy dapatkan dari SPDN Kampung Laut di harga Rp 8.500, harga ini tentunya sangat berbeda dengan harga BBM para nelayan di kampung Laut karena jarak tempuh Kampung Laut menuju Nipah Panjang memakan waktu 3-5 jam perjalanan darat.
"Kita solar 8.500 karena ongkos angkutan solar untuk sampai ke Nipah panjang, jaraknya cukup jauh," katanya.
(Tribunjambi.com/Rifani Halim)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: 15 Desa Baru di Tebo Resmi Disahkan Kemendagri
Baca juga: Lubuk Mandarsah Tebo Blank Spot, Pendidikan Tertumpu Di SMPN 44
Baca juga: Keluarga Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Cabut Izin Otopsi, Ini Kata Komnas HAM