Tugu Juang, Tempat Wisata yang Jadi Simbol Perjuangan Rakyat Jambi
Tugu Juang di Kota Jambi menjadi simbol perjuangan rakyat Jambi melawan penjajah Belanda saat agresi militer II.
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi.com, pernah menulis kisah perjuangan masyakat Jambi dalam menghadapi Agresi Militer Belanda II Januari 2021 silam yang dituturkan Asrie Rasyid (92) satu diantara pejuang veteran Jambi.
Saat agresi militer terjadi Asri adalah Staf Resimen Divisi 2 di bawah pimpinan Kolonel Abunjani.
Dilaporkan pada saat itu Belanda berupaya menancapkan lagi kekuasaannya, terutama semenjak Agresi Militer II tahun 1948-1949.
Akibatnya timbullah pertempuran di setiap daerah.
Baca juga: Disbudpar Benahi Taman Tugu Juang Secara Bertahap
Salah satu peristiwa yang banyak menelan korban dalam pertempuran dengan belanda adalah pertempuran Simpang III Sipin di Kota Jambi.
"Tanggal 29 Desember 1948 jam 16.00 WIB Simpang III Sipin diserang para pasukan Belanda dari dua jurusan, yaitu Simpang Kawat dan Payo Sigadung," ujar Asri.
Pasukan Jambi yang menuju simpang III Sipin dengan Komandannya Kapten Abu Bakar bersama Laskar Napindo pimpinan Sastro Suwandi melakukan perlawanan.
Melihat situasi yang semakin genting karena Belanda berhasil merebut Kenali Asam, Lapangan Terbang Paal Merah dan masuk ke dalam Kota Jambi, Laskar Napindo yang dipimpin oleh beberapa Perwira STD disertai ibu-ibu petugas dapur umum diperintahkan oleh Komandan STD Kolonial Abujani untuk mengungsi ke luar Kota Jambi melaui Simpang III Sipin.
Selain itu, juga diperintahkan mengevakuasi dokumen-dokumen militer beserta perlengkapan perang.
Mereka tidak mengetahui bahwa ternyata Simpang III Sipin dikuasai Belanda.
"Kurang lebih 50 meter mendekati Simpang III Sipin mereka diberondong peluru oleh tentara Belanda sehingga sebagian besar rombongan gugur, di antaranya Rd. Ibrahim (Putra Rd. Inu Kertapati), Kms. Agus, Sersan Bais, anggota Polisi Abdullah, dan lain-lain," kisahnya.
Lanjut Asri, pasukan Keur Corps STD di bawah pimpinan Kapten A. Bakaruddin yang dipersiapkan di Broni (Pabrik Karet Rubber Unie) siap bergerak menebus pertahanan pasukan Belanda di Simpang III Sipin.
Mendekati Simpag III Sipin rombongan pasukan Keur Corps STD melihat banyak korban, dan ketika rombongan bergerak sampai di Simpang III Sipin secara tiba-tiba mendapat serangan senapan mesin dari arah kanan-kiri jalan.
Pertempuran sengit pun terjadi dan menelan banyak korban. Komandan Pasukan Keur Corps STD Kapten A. Bakaruddin dan tiga anggotanya, yaitu Sersan Tengku Mahmud, Kopral Sulaiman dan Prajurit M. Bongkok gugur dalam pertempuran tersebut, jenazah mereka dimakamkan di Dusun Sungai Duren.
Setelah melakukan tapak tilas di Tugu juang Simpang Tiga Sipin, Tribunners bisa mengunjungi museum perjuangan yang berlokasi di dekat Masjid 1.000 tiang, di mana museum ini menyimpan berbagai rekam jejak perjuangan masyarakat.
Satker musim perjuangan, Meyli Zarni spd, mengatakan museum perjuangan juga menyediakan diorama perjuangan masyakat Jambi di simpang tiga Sipin.
"Kita ada diorama dimana begitu gigihnya masyarakat berjuang melawan penjajah," ujarnya.(Tribunjambi.com / M. Yon Rinaldi)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News