Wawancara Eksklusif Dandim Kerinci

Kisah Dandim 0417/Kerinci Letkol Ikhsanudin, Pernah Berjualan Kue hingga Selamat dari Tsunami Aceh

Jauh dari jabatan militernya saat ini, Ikhsanudin, yang lahir Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Tahun 1981 lalu, sempat menjadi penjual kue serta

Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
Tribunjambi/Aryo Tondang
Wawancara Tribunjambi.com bersama Dandim 0417/Kerinci Letkol Inf Ikhsanudin 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) sampai saat ini masih menjadi dambaan banyak masyarakat Indonesia.

Corak loreng, yang didominasi dengan warna hijau, seolah jadi daya tarik tersendiri dari anggota TNI, selain menjadi abdi negara.

Namun, banyak kisah menarik dan inspiratif dari kehidupan prajurit, sebelum dinyatakan lulus sebagai anggota TNI dan bertugas untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Seperti kisah inspiratif dari Letkol Inf Ikhsanudin yang kini mengomandoi Kodim 0417/Kerinci.

Di sela kesibukannya, Tribunjambi.com mendapat kesempatan untuk mengulik kilas balik kehidupan alumni Akmil 2002 itu.

Jauh dari jabatan militernya saat ini, Ikhsanudin, yang lahir Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Tahun 1981 lalu, sempat menjadi penjual kue serta mie instan.

Uniknya, barang dagangannya tersebut ia jajakkan kepada anggota TNI Angkatan Udara (AU) yang sedang berlatih di Magelang.

Berikut kutipan wawancara eksklusif dengan Dandim 0417/Kerinci Letkol Inf Ikhsanudin:

Baca juga: Aksi Prajurit Koopsgabssus Tricakti Menembak Mati 2 Teroris MIT Saat Disergap di Pegunungan Tokasa

Baca juga: Dafar Top Skor Usai Final EURO 2020, Cristiano Ronaldo Tetap Nomor Satu Meski Terhenti di 16 Besar

Baca juga: VIRAL Video Satpol PP Minta Tukang Tambal Ban Layani Konsumen Secara Online, Ini Fakta Sebenarnya

Sebelum aktif di dunia militer, ternyata sempat berjualan kue, itu dilakukan sejak kapan?

Ihksanudin: itu ceritanya sudah sejak kecil, mulai dari duduk di Sekolah Dasar, hingga duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kapan dan apa yang membuat untuk tidak lagi berjualan?

Ikhsanudin: saat itu saya sudah masuk SMA, dan sudah mulai fokus belajar. Dan ya saya teruskan ke generasi berikutnya, ucap Dandim sembari tertawa lepas.

Apa tantangan selama menjajakkan dagangan tersebut?

Ikhsanudin: untuk tantangannya ya, saya waktu itu harus menyelip atau bersembunyi diantara barisan prajurit yang sedang beristirahat, agar tidak terlihat ileh pelatih prajurit TNI.

Selain itu, orangtua saya juga tidak tahu kegiatan saya itu, ya serba sembunyi-sembunyilah.

Saat itu, sempat mendapat rupiah berala banyak, dan apa yang dirasakan?

Ikhasudin: Waktu itu, seingat saya sempat dapat untung Rp 200 ribu lah, ya senang betul, namanya anak kecil, dan para tentara yang berlatih itu pasti selalu memberi uang lebih.

Setelah bertahun-tahun melakukan hal tersebut, apa dampak yang dirasakan?

Ikhsanudin: Ya tidak bisa dipungkiri ya, itu menjadi cika bakal atau yang memacu saya menjadi anggota TNI, karena setiap hari melihat mereka latihan.

Selain itu, pikiran saya sangat simpel, karena lokasi latihan tentara dekat dengan rumah, mikirnya ya kalau masuk tentara, saya bisa cepat pulang ke rumah, kan dekat.

Pernah gagal dalam seleksi menjadi Prajurit TNI?

Ikhsanudin: Alhamdulillah, saya hanya satu kali mengikuti seleksi, dan dinyatakan lulus. Saya masuk menjadi Akmil Tahun 2002.

Setelah dinyatakan lulus, dimana penugasan pertama?

Ikhsanudin: setelah saya lulus, saya langsung ditugaskan di Aceh, dimana pada saat itu sedang berlangsung masa darurat militer 1 dan 2, Tahun 2003 lalu.

Seperti apa kondisi saat darurat militer?

Ikhsanudin: jadi waktu itu, semua harus tunduk pada kekuatan militer, cukup mencengangkan ya, masyarakat waktunya dibatasi. Karena pada saat itu, fokus utama adalah, agar tidak ada pemisahan diri oleh kelompok tertentu dari NKRI.

Berapa tahun menjalankan tugas di Aceh?

Ikhsanudin: saya disana ditugaskan selama 10 tahun.

Apa pengalaman atau kisah yang membekas hingga saat ini, saat bertugas di Aceh?

Ikhsanudin: Yang paling membekas, dan masih teringat jelas sampai sekarang ya bencana Tsunami di Aceh oada 24 Desember 2004, yang kita tahu menewaskan sekira 230.000 jiwa.

Bisa dijelaskan bagaimana kondisi saat itu?

Ikhsanudin: sebelum tsunami terjadi, sekira pukul 06.00 pagi terjadi gempa yang cukup besar, saat itu bumi serasa diayun, semua bergoyang.

Tidak berapa lama, banyak yang teriak kemudian saya lihat orang-orang sudah penuh di jalan raya.

Kemudian, saya lihat ke arah laut air sudah datang dengan ketinggian 15 meter atau setinggi pohon kelapa, dan itu airnya datar dan menggulung semua yang ada?

Pada saat itu, apa yang anda lakukan untuk menyelamatkan diri?

Ikhsanudin: Pada saat itu, air sudah membumbung tinggi, jalanan sudah dipenuhi orang, jadi saya memutuskan untuk memanjat atap rumah. Karena saya berfikir saat itu, hanya ketinggian yang dapat menyelamatkan saya.

Berapa jarak waktu antara kedatangan air dengan posisi anda tiba di atas atap?

Ikhsanudin: hanya sepersekian detik, begitu saya tiba diatas air langsung menyapu semua, termasuk orang-orang yang terjebak dijalanan tadi.

Berapa jarak dari tepi pantai, ke tempat tinggal?

Ikhsanudin: Kalau dari tepi pantai itu sekira 12 KM.

Apa yang terlintas dipikiran anda, saat tsunami berlangsung?

Ikhsanudin: Saya tidak memikirkan apa-apa, yang penting saya cari ketinggian, tidak sempat memikirkan apa-apa, yang saya bawa hanya baju di badan. Saya tidak terpikir untuk menyelamatkan Identitas dompet serta yang lainnya.

Berapa lama, dan apa yang terjadi selama anda berada diatas atap tersebut?

Ikhsanudin: Saat itu, saya sempat berkomunikasi dengan orang yang selamat, yang juga berada diatas atap rumah lainnya.

Kemudian, saya sangat bersyukur karena pada saat itu saya merasa Allah sedang memberi pertolongan kepada saya. Waktu itu, ketinggian air sudah nyaris setara dengan atap, dan tiba-tiba ada satu tas yang lewat yang isinya adalah logistik.

Isinya itu lengkap ada kue, air minum dan lainnya, dan itu mungkin milik calon jamaah Haji, karena pada saat itu lagi musim haji.

Katanya, anda sudah sempat masuk daftar orang yang dinyatakan hilang, bagaimana itu?

Ikhsanudin: ya benar, saat itu semua komunikasi terputus, saya waktu itu menumpang dirumah warga. Dan beberapa hari kemudian saya mendatangi koramil dan ternyata nama saya ada di daftar orang hilang.

Tidak hanya itu, bahkan saya sudah di yasini oleh keluarga. Akhirnya saya cari cara buat komunikasi dengan keluarga.

Setelah kejadian itu, bagaimana kehidupan anda berikutnya?

Ikhsanudin: ya berlangsung baik-baik saja, saya bertugas seperti biasa. Pindah tugas seperti biasa.

Sebelum menjabat sebagai Dandim 0417, apa jabatan anda sebelumnya?

Ikhsanudin: Sebelumnya saya menjabat di Danyon 142 Ksatria Jaya, kemudian satu tahun di bertugas di Pamtas Atambua, dari Tahun 2019 hingga 2020.

Apa pesan untuk masyarakat, dan orang-orang dari perjalanan hidup anda?

Ikhsanudin: Saya hanya ingin sampaikan, tetap bekerja keras, berjuang dan semangat untuk menggapai keinginan hidup.

Baca juga: Gelagat Tangisan Nia Ramadhani Disinggung Sosok Ini: Kalau Gak Ketangkep Gak Bakal Nangis!

Baca juga: Gelagat Tangisan Nia Ramadhani Disinggung Sosok Ini: Kalau Gak Ketangkep Gak Bakal Nangis!

Baca juga: Video Viral Satpol PP Suruh Tutup Lapak Bengkel, Tukang Tambal Ban: Hah Tambal Ban Online Pak?

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved