Intel Polisi Nyamar Jadi Tukang Cilok, Jual Rp 2000 Tak Diplastikin, Warga Heran

"Pernah kalau siang jualan bakso, malam jualan sekoteng. Pernah juga jadi tukang becak, tukang parkir, jadi hansip pernah. Dijalani sampai berminggu

Editor: Duanto AS
Istimewa
Ilustrasi tukang cilok dengan motor sport. 

Selain itu, si tukang cilok juga kerap 'tidak nyambung' kala diajak bicara oleh warga yang membeli dagangannya.

"Saya pernah beli ciloknya Rp 2 ribu, eh malah nggak dimasukkan ke plastik. Dia bilang biar ngirit. Ngaco banget dagangnya.

Eh, dia malah pernah tanya ke anak-anak di sini, 'Kok lampu kontrakan yang di atas nggak pernah hidup'.

Kan aneh tuh orang, diajak ngobrol nggak nyambung malah nanya kontrakan tempatnya Ali yang ditangkap kemarin," paparnya.

"Makanya saya dan warga di sini curiga, dia intel Densus. Pernah sama anak-anak muda di sini, kita cecar dia intel bukan. Eh dia ngeles, katanya bukan, bukan," sambungnya.

Joko (51), warga yang rumahnya berhadapan dengan kontrakan yang dihuni oleh Ali justru pernah mendapati si tukang cilok tersebut membawa pistol di saku celananya.

"Bukan saya saja yang lihat, anak-anak di sini juga pernah lihat, 'Kok tukang cilok jualannya bawa pistol'.

Saya sendiri lihatnya pas dia duduk di situ. Nah, pas duduk saya lihat kepala pistolnya nongol dan sedikit berkilau. Saya yakin itu FN, nggak mungkin glock," beber Ali.

Selain tukang cilok yang dicurigai, Supriyadi juga mencurigai dua pria yang mendatanginya beberapa jam sebelum Tim Densus 88 Polri melakukan penangkapan terhadap Ali pada Rabu sore.

Mulanya sekitar pukul 14.00 WIB, ada seorang pria berpakaian serba hitam dengan perawakan sedang dan kulit hitam, mendatanginya di warung.

Pria tersebut mencari kamar kontrakan kosong untuk ditempati.
Kontrakan yang ditunjuknya merupakan kontrakan yang sama ditempati oleh Alli.

"Jam 2, ada seorang pakai kaos hitam dan celana bahan hitam. Dia nanya, apa ada kontrakan yang kosong. Saya jawab, ada tuh di atas, dekat yang ditangkap itu," kata Supriyadi.

Namun, pada pukul 16.00 WIB, pria tersebut datang kembali bersama temannya dengan perawakan dan pakaian yang sama.

Kali ini, keduanya menanyakan tempat tinggal Ketua RT. Dan Supriyadi memberitahukan nama dan tempat tinggal Ketua RT.

"Ngggak lama mereka sudah bawa Ketua RT di sini, Pak Marki, ke kontrakan ini.

Lalu, nggak lama, banyak polisi pakai seragam Densus pada berdatangan dan dobrak pintu kontrakan nomor 6 di atas pakai besi.
Mereka di dalam ada satu jam. Setelah itu sebagian polisi Densus itu pada turun dan bilang ke saya supaya tutup warung, katanya berbahaya.

Saya tanya kasus apa, dia bilang kasus narkoba," ujarnya. (***)

Baca juga: Intel Kopassus Nyamar Selama Setahun, Malah Ditampar dan Dipalak Orang Tapi Diam Saja

Baca juga: Intel Polisi Nongkrong di Empang Ngajak Patungan Beli Lele Warga Tak Menduga

Baca juga: Jenderal Parkir Mobil di Markas Tapi Dibentak-bentak Bintara, Kisah Raja Intel Ahli Strategi

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved