Terjebak di Tambang Emas Ilegal
INI Identitas 3 Warga Merangin yang Meninggal Terjebak di PETI Lubang Jarum, 40 Warga Bantu Evakuasi
Akhirnya, tiga warga Merangin yang terjebak di PETI lubang jarum di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap berhasil dievakuasi.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Andreas Eko Prasetyo
TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO - Akhirnya, tiga warga Merangin yang terjebak di PETI lubang jarum di Desa Simpang Parit, Kecamatan Renah Pembarap berhasil dievakuasi.
Setelah seharian ketiganya terjebak dalam lubang jarum tambang emas ilegal sejak Senin (29/3/2021).
Hanya saja, ketiganya yang berhasil dievakuasi Selasa 30 Maret pukul 12.30 WIB, sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Evakuasi pun dibantu 40 orang warga untuk mengeringkan air dalam lubang yang mirip sumur tersebut.
Kapolsek Sungai Manau, Iptu Karto melalui sambungan telepon membenarkan korban telah berhasil dievakuasi.
"Iya, sudah berhasil dievakuasi. Korban meninggal dunia," katanya, Selasa (30/3/2021)
Korban pun langsung dibawa ke rumah duka untuk dilakukan prosesi pemakaman.
Identitas Korban Terjebak PETI Lubang Jarum Merangin
Identitas dari ketiga korban yang meninggal dunia di lubang jarum yakni:
- Sargawi (38) warga Sungai Jering, Kecamatan Pangkalan Jambu, Merangin, Provinsi Jambi.
- Imron (35) warga Desa Sungai Birun, Kecamatan Pangkalan Jambu, Merangin.
- Maulud (28) warga Desa Sungai Nilau, Kecamatan Sungai Manau, Merangin.

Informasi yang dihimpun oleh Tribunjambi.com, peristiwa itu terjadi pada Senin (29/3/2021) sekitar 09.00 WIB.
Saat itu empat orang pekerja berusaha mengeringkan air di dalam tambang emas lubang jarum menggunakan mesin.
Sekitar pukul 14,00 WIB mesin sedot mengalami kerusakan.
Syargawi masuk ke dalam lubang sedalam 40 Meter.
Saat dipanggil korban tidak menjawab, kemudian Imron masuk untuk memeriksa.
Namun di pertengahan lubang, Imron terjatuh terkena sengatan listrik.
Saat itu Maulud berusaha menolong Imron juga terjatuh terkena aliran listrik.
Mengetahui hal itu, teman korban yang diatas mematikan mesin.
Baca juga: Aktivitas Peti di Bungo Marak Pengepul Emas Menjamur di Pinggir Jalan Tanpa Rasa Takut
Baca juga: KRONOLOGI LENGKAP Tiga Warga Tewas di Lokasi PETI Lubang Jarum di Merangin Jambi
Baca juga: DETIK-DETIK Evakuasi 3 Warga Merangin yang Terjebak di PETI Lubang Jarum, Korban Meninggal Dunia
Mereka berusaha membantu mengevakuasi korban.
Karena kehabisan tenaga, teman korban mencari bantuan.
Akhirnya ketiga korban berhasil dievakuasi pada Selasa (30/3/2021) dalam keadaan meninggal dunia.
Nyawa dan Tambang Emas
Tambang emas di Provinsi Jambi tersebar di banyak tempat namun semuanya merupakan tambang emas ilegal.
PETI atau penambangan emas tanpa izin di Jambi marak di Kabupaten Merangin, Sarolangun, Bungo, Batanghari, Tebo, dan Kerinci.
Tidak ada data pasti berapa banyak emas yang dihasilkan dari Jambi tiap tahun dari aktivitas ilegal ini.
Namun yang pasti aktivitas PETI ini terus berjalan bahkan makin masif hingga masuk ke dalam kawasan hutan lindung.
Jumlah yang meninggal dalam penambangan emas ini sudah ratusan orang.
Dalam catatan Tribun, yang bekerja di tambang ilegal ini bukan hanya warga lokal, tapi juga dari luar provinsi dan luar Sumatera.
Upaya mencari emas dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang tradisional yakni mendulang di sungai, rakit dompeng, dan tambang lubang jarum.
Belakangan ini mulai marak penggunaan alat-alat berat untuk bisa menghasilkan emas sebanyak-banyaknya.
Korban jiwa paling banyak yang bekerja di lubang jarum dan juga tambang emas menggunakan alat berat.
Mereka yang tewas dalam aktivitas PETI ini umumnya adalah karena tertimbun atas galian yang mereka buat sendiri.
Lalu bagaimana metode penambangan emas di lubang jarum?

Kisah bertaruh nyawa di PETI lubang jarum ini pernah dihadirkan Tribun dalam artikel yang terbit pada September 2018.
Saat itu tambang emas ilegal tersebar di berbagai kecamatan di Merangin, dan juga hingga tahun 2021 ini.
PETI model lubang jarum ini konon lebih banyak di Kecamatan Renah Pembarap.
Kabanyakan, tambang emas itu jauh dari permukiman warga, perlu tenaga ekstra untuk sampai ke sana.
Fadli, warga Merangin yang pernah menggeluti dunia tambang emas di wilayah Renah Pembarap, mengungkap cerita bertaruh nyawa di lubang jarum.
Dia menceritakan, lubang jarum merupakan istilah untuk tambang emas yang dilakukan dengan menggali sangat dalam seperti membuat sumur.
Kedalaman tanah yang digali bisa puluhan meter secara vertikal.
Sementara secara total yang digali bisa lebih 100 meter, karena di dalam bisa saja dibuat galian horizontal.
Dia mengatakan tidak mengenal istilah siang atau malam dalam bekerja di lubang jarum, sebab selalu saja ada aktivitas di sana.
Ada pekerja yang menggali pada siang, ada juga yang kerja pada malam, sehingga proses produksi berjalan 24 jam penuh.
"Pekerja di satu tambang lubang jarum itu minimal lima orang. Jarak tambang satu dengan yang lain tak terlalu jauh," katanya.
Mereka memiliki pembagian waktu kerja baik jam istirahat maupun jadwal ganti posisi.
Untuk jam istirahat biasanya dilakukan dua jam sekali atau lebih.
Sebab jika terus-terusan menggali, dikhawatirkan pekerja yang sedang mengikis lubang pakai linggis bisa kekurangan oksigen.
Pasokan udara di dalam sangat sedikit karena lubang yang umumnya hanya diameter satu meter bahkan semakin ke bawah semakin sempit.
Tentang pola kerja, ada yang mengikis, ada yang mengemas material yang dikikis, ada juga yang mengantarkan ke lokasi dasar.
Selain itu ada yang bekerja untuk menderek hasil kikisan tebing yang sering disebut napal itu kepermukaan tambang.
"Jadi masing-masing pekerja itu punya tugas masing-masing," katanya lagi.
Mantan penambang lainnya, RK, menyebut pekerjaan ini menghasilkan pendapatan yang luar biasa.
Untuk melakukannya tak perlu pendidikan khusus, hanya dibutuhkan nyali yang besar.
"Lubang itu punya kedalaman puluhan meter. Jadi memang orang yang punya nyali besar yang bisa kerja disana," kata RK.
Dia dulunya tak hanya sebagai pekerja, tapi juga sebagai pemodal untuk beberapa tambang.
Setelah hampir satu tahun menggeluti tambang emas ilegal ini, dia memutuskan untuk berhenti.
Dia mencari pekerjaan lain yang halal dan tak mempunyai risiko besar.
Baca juga: Tahun Lalu Delapan Orang Siswa SMP Muarojambi Dianggap Putus Sekolah Tahun Ini Ada Kemajuan
Baca juga: Ramalan Zodiak Harian untuk 31 Maret 2021 Lengkap, Percintaan Aries hingga Peruntungan Taurus
Baca juga: Istri Syekh Ali Jaber Surati Hakim Minta Penusuk Suaminya Dibebaskan, Ini Alasan Sebenarnya
"Saya berhenti karena saya pernah masuk ke dalam lubang dan ikut bekerja.," ungkap RK.
Setelah dia tahu bagaimana kondisi di dalam, dia memutuskan untuk berhenti bisnis ini.
"Saya tidak mau ada korban jiwa dengan bisnis ini," ungkapnya.
Dia bilang, bila melihat lihat hasil, sebenarnya tidak ingin setop dari bisnis tambang emas.
Namun karena faktor risiko besar, ia mencari bisnis lain.
"Saya punya keluarga, anak-anak masih kecil. Pekerja saya juga punya keluarga. Jadi daripada saya menyesal, lebih baik saya hentikan bisnis ini," sambungnya.
Lagi-lagi, dia bercerita tentang kondisi di dalam lobang tambang. Katanya, lubang tersebut memang benar-benar lubang.
Ukuran yang paling besar itu hanya di mulut tambang saja yaitu sekitar satu setengah hingga dua meter.
Namun ketika beberapa meter ke bawah, lobang sangat kecil, apalagi setelah sampai di dasar lubang.
Di dasar lubang terdapat beberapa lubang lagi, ukuran lubang hanya bisa jongkok atau menunduk.
Lebar hanya bisa untuk berpapasan dengan teman lain ketika ganti tugas atau shif.
Mereka menggunakan penerangan berupa senter kening dan lampu dari listrik gengset dari atas.
Di dalam lubang itu, emas di dasar tebing terlihat berkilau.
"Kita bisa lihat kemana jalur emas itu. Saking asyik itu kadang jadi lupa waktu. Pekerjaan ini menantang maut," imbuhnya.
(Tribunjambi.com/ Darwin Sijabat)
Berita lainnya terkait PETI Lubang Jarum
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: