Berita Nasional
Moeldoko Blak-blakan Soal Posisi Indonesia Dalam Konflik AS vs Tiongkok di Laut China Selatan
Akhirnya Istana Presiden buka suara soal posisi Indonesia dalam konflik Amerika Serikat dan Tiongkok di Laut China Selatan.
Dahnil menuturkan, Prabowo juga telah berupaya menjalin komunikasi dengan sejumlah Menteri Pertahanan di Asia Tenggara anggota ASEAN.
Baca juga: INSPIRASI Gaya Hijab Segi Empat yang Bisa Dipakai saat Bulan Suci Ramadhan 2021, Mudah Loh!
Baca juga: Begini Awal Mula Abrip Asep Ditemukan Warga hingga 12 Tahun Dirawat di Rumah Sakit Jiwa
Baca juga: Pemkab Tebo Tiadakan Pasar Bedug pada Ramadan Tahun Ini
Agar, tidak menjadikan wilayah ASEAN jadi medan perang dalam kaitan meningkatnya situasi keamanan di Laut Cina Selatan belakangan ini.
Dahnil mengatakan, upaya diplomasi pertahanan yang dilakukan serupa juga tidak hanya dilakukan kepada negara-negara di kawasan Asia Tenggara anggota ASEAN saja.
Namun, juga dengan negara-negara yang tengah bersitegang di kawasan tersebut, yakni China dan Amerika Serikat.
Dahnil mengatakan, dalam upaya diplomasi pertahanan tersebut, intinya Prabowo mengajak negara-negara itu membangun collective security system (sistem keamanan kolektif) di kawasan Asia Tenggara.

"Jadi kita membangun solidaritas di satu sisi, di sisi lain kita juga memastikan pertahanan negara-negara itu kuat."
"Walaupun kita paham juga negara-negara kawasan punya keterkaitan dengan negara-negara yang sedang berkonflik."
"Tapi kita juga terus mengajak supaya jangan sampai kawasan kita itu jadi battle ground (medan perang)."
"Sehingga yang dibangun itu tadi, collective securty sistem," bebr Dahnil.
Dahnil mengatakan, dalam upaya diplomasi pertahanan tersebut, Indonesia tidak menggunakan sudut pandang balance of power atau keseimbangan kekuatan.
Karena, menurut Dahnil perspektif balance of power akan memunculkan persaingan kekuatan, bukan solidaritas dan perdamaian sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang.
"Beberapa hari ke depan juga beliau (Prabowo) akan bicara dengan banyak para Menteri Pertahanan itu, dalam rangka membangun collective security system."
"Jadi yang dibangun itu atmosfernya adalah solidaritas, yang dibangun itu adalah perdamaian," jelas Dahnil.
Dahnil mengatakan, situasi pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia saat ini di satu sisi merupakan peliang bagi Indonesia untuk membangun solidaritas dengan negara lain, dan mencegah perang terjadi, khususnya di Laut Cina Selatan.
Satu di antara caranya, menurut Dahnil, adalah dengan memaksimalkan peran di Perserikatan Bangsa-bangsa dalam rangka penanganan terhadap Covid-19.
"Yang jadi tantangan kita kan sebenarnya kita punya lembaga institusi yang bertugas menjaga perdamaian, salah satunya adalah PBB."
"Maka peran kita di PBB itu harus dimaksimalkan terus."
"Bahkan tadi saya sebutkan di awal bagaimana Kemenlu mendorong global solidarity terkait Covid-19 untuk membangun solidaritas."
"Itu juga dalam rangka membangun kesadaran dunia, kesadaran global, jangan sampai kemudian ketika kita dirundung oleh wabah, ditambah juga dengan perang," tutup Dahnil. (Gita Irawan)
Berita lainnya terkait Laut China Selatan
SUMBER: WARTAKOTA