Sejarah Indonesia
Letnan Komaruddin, Pejuang Serangan Umum 1 Maret 1949, Disebut Bisa Menghilang saat Disergap Belanda
Peringatan ini, merupakan aksi cepat Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat sipil dalam pertempuran selama beberapa jam melawan Belanda di
Padahal bila dinalar, mereka tidak mungkin bisa kabur begitu saja dari sergapan tersebut.
Letnan Komaruddin juga meminta agar prajurit lain memegang tubuhnya, atau setidaknya bajunya.
Baca juga: Kebakaran di Kota Jambi, Sebuah Rumah di Seberang Kota Jambi Hangus Terbakar
Baca juga: APBD Tanjabbar Berkurang Rp16 Miliar
Baca juga: Buaya Besar Kembali Muncul, Warga Pinta di Bangun Turap di Pinggir Sungai Teluk Dawan
Anehnya, mereka berhasil lolos dari kepungan Belanda itu dalam sergapan berbahaya tersebut.
Lalu ketika beberapa pasukan dalam posisi terjepit, secara tiba-tiba Letnan Komaruddin bisa membantu mereka sekaligus.
Padahal sebelumnya, pria tersebut tak ada di lokasi kejadian sama sekali.
2. Salah Lihat Tanggal
Sudah dari jauh-jauh hari saat serangan melawan Belanda di Yogyakarta, akan dilakukan pada 1 Maret 1949 pagi hari.
Namun pada 28 Februari 1949, Soeharto yang saat itu menjadi Komandan Wehrkreise III Yogyakarta, justru mendengar tembakan gencar.
Rupanya, pasukan yang sedang dipimpin Komaruddin sedang menyerang Belanda dari arah selatan.
Baku tembak pun terjadi. Siapa yang menyangka, rupanya Komaruddin salah melihat tanggal.
Setelah dikirimkan utusan, akhirnya ia menyadari bila saat itu bukan tanggal 1 Maret.
Meskipun salah, ternyata yang dilakukan Komaruddin membuat Belanda terkecoh mengenai waktu penyerangan yang sebenarnya sudah dirancang.
Di hadapan Jenderal Soedirman, ia pun sampai menangis terisak-isak mengakui kesalahannya.
3. Pernah menjadi preman
Setelah pertempuran selesai, beberapa sumber menyebutkan bila Komaruddin memilih untuk menjadi preman ketimbang TNI.