Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Bersyukur Selalu Atas Kasih Setia Tuhan
Bacaan ayat: Lukas 3:14 (TB) - "Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka
Bersyukur Selalu Atas Kasih Setia Tuhan
Bacaan ayat: Lukas 3:14 (TB) - "Dan prajurit-prajurit bertanya juga kepadanya: "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu".
Oleh Pdt Feri Nugroho

Bersyukur, menjadi hal sederhana dalam hidup namun berdampak besar bagi kehidupan.
Bersyukur didasarkan pada kesadaran bahwa apapun yang terjadi dalam kehidupan adalah karunia Tuhan.
Segala upaya yang dilakukan, sebatas tanggung jawab sebagai ciptaan yang mendapatkan mandat untuk berkarya dengan mengelola dan menguasai bumi.
Potensi dasar yang telah Allah sediakan, dikembangkan sedemikian rupa untuk membangun kehidupan.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Roh Kudus yang Menolong
Menjadi penolong yang sepadan bagi sesama dalam upaya menjadi patner Allah dalam mengelola kehidupan.
Segala upaya bermuara pada kesadaran bahwa Allah yang empunya segala-galanya, sehingga tidak pada tempatnya memuliakan dan mengagungkan diri sendiri.
Terus hidup mengandalkan Tuhan, menjadi wujud nyata bahwa seseorang selalu bersandar kepada Tuhan. Hiduppun diwarnai dengan syukur.
Rasa syukur mengalir deras tak terbendung sebagai wujud memuliakan Allah dalam kehidupan.
Pada sisi berbeda, rasa syukur menjadi musnah ketika kehidupan dikendalikan oleh keinginan.
Keinginan manusia ternyata tanpa batas, kecuali yang bersangkutan memutuskan untuk membatasi.
Ibarat laut tidak pernah penuh meskipun semua sungai menuju kesana, demikian juga dengan keinginan; akan selalu ada dan berkembang seiring apa yang dimilikinya.
Seorang bergaji dua juta, rasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
Namun aneh, ketika bergaji sepuluh juta, tidak ada sisa untuk sekedar menabung.
Ternyata seiring memiliki sesuatu, keinginanpun berkembang mengikuti irama.
Pakaian seharga enam puluh ribu cukup menutupi tubuh pada suatu masa, namun menjadi mencari yang lebih bermerk pada kali lain ketika di kantong ada uang bonus yang baru diterima.
Hal ini terjadi tanpa disadari. Gaya hidup menjadi berubah, cara pandang dan menilai terhadap segala sesuai berganti tolok ukur, ketika fasilitas berganti seiring banyaknya harta milik yang dimiliki.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Percaya dan Memberitakan Kabar Baik
Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan. Ia hadir sebagai penggenapan atas nubuat bahwa ada suara yang berseru di padang gurun, persiapkan jalan bagi Tuhan.
Seruan pertobatan itu bersifat total, bukan hanya sebatas ritual.
Pertobatan adalah tindakan menyadari kesalahan, mengakuinya dihadapan Tuhan dan mohon pengampunan serta menggantinya dengan tindakan yang baik dan benar.
Pertobatan menjangkau seluruh aspek kehidupan, menyentuh pengalaman yang nyata.
Bersentuhan dengan hal praktis yang dilakukan dalam kehidupan.
Mereka yang mendengar seruan pertobatan Yohanes Pembaptis, tertarik untuk mendapatkan petunjuk praktis dalam menjalani kehidupan.
Para prajurit menanyakan apa yang harus mereka perbuat untuk hidup dalam pertobatan. Sebagai seorang prajurit, godaan untuk menyalahgunakan kekuasaan sangat besar.
Bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun tuntutan sosial akan harga diri sebagai orang berpangkat dalam masyarakat, ternyata ada harga yang harus dibayar.
Tergoda untuk memperkaya diri dengan manipulasi dan cara yang tidak benar, selalu mengintip untuk dilakukan.
Bukankah ini menjadi godaan umum yang bisa dialami siapa saja, ketika mempunyai kedudukan jabatan dalam masyarakat?
Yohanes Pembaptis memberikan petunjuk sederhana, agar mereka mencukupkan diri dengan gaji yang mereka dapatkan.
Kata 'mencukupkan diri', merujuk pada kesadaran bahwa kepuasan dan keinginan tidak akan ada batasnya.
Mereka yang mencukupkan diri, berarti mengambil keputusan dan memilih untuk membatasi keinginannya.
Dia berjuang menyesuaikan antara apa yang menjadi gajinya dengan kebutuhan hidupnya.
Mencukupkan diri adalah tindakan aktif untuk puas dengan apa yang dimiliki.
Mencukupkan diri berarti ada kesadaran untuk mengendalikan diri dan tidak dikendalikan oleh keinginan.
Merasa diri cukup, akan menjadi dasar bagi seseorang yang mencukupkan diri sehingga mengendalikan diri, bahkan mampu berbagi dengan sesama tanpa menunggu harta miliknya melimpah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Menemukan Kebenaran yang Sejati
Ditengah kehidupan yang terus bertumbuh dan berkembang, seakan kebutuhan hidup itu terus meningkat, mari kita merenung sejenak: sebenarnya yang meningkat itu benar-benar kebutuhan atau sebatas sebuah keinginan semata?
Mari belajar terus untuk mencukupkan diri dengan apa yang Allah anugerahkan.
Tentu bukan berarti menjadikan kehidupan menjadi apatis, sebaliknya justru semakin kita dimampukan untuk mensyukuri segala nikmat yang telah Tuhan berikan bagi kita.
Carilah harta sebanyak mungkin, namun bukan untuk kepuasan diri.
Cari harta untuk kemuliaan Tuhan dengan merasa cukup, sehingga mampu berbagi dengan sesama. Amin
Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam