Kapal Induk AS Digempur Bertubi-tubi di Laut China Selatan, China Murka Wilayahnya Diganggu

Kapal Induk Amerika Serikat medapat serang bertubi-tubi di Laut China Selatan. Dua pasukan tempur saling serang dengan sengit.

Editor: Teguh Suprayitno
Fars News via Reuters
ilustrasi Kapal perusak tembakkan Rudal Nour-Kapal Induk AS diserang di Laut China Selatan. 

Serangan penangkapan ikan juga telah menjadi krisis geopolitik. Pada bulan Januari, armada penangkap ikan Tiongkok muncul di Kepulauan Natuna, hanya sehari setelah Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi gugusan pulau tersebut. Armada Tiongkok kembali pada bulan berikutnya.

“Sedikit demi sedikit, saya pikir Cina akan merebut laut Indonesia, Laut Filipina, laut Vietnam,” kata Wandarman, seorang nelayan di Natuna, kepada The New York Times. "Mereka lapar: minyak, gas alam, dan banyak sekali ikan," katanya.

Atas tindakan pelanggaran China, selama ini Indonesia terus menanggapinya dengan mengerahkan pesawat patroli, jet tempur, dan kapal angkatan laut ke Laut China Selatan

Namun, dikatakan bahwa pangkalan Indonesia di wilayah tersebut yang sedikit, kecil dan belum berkembang dapat menjadi masalah.

Dilaporkan Forbes, ada bandara di Ranai, ibu kota Natuna. Fasilitas dengan landasan pacu 8.400 kaki secara teori dapat menampung jet tempur.

"Ada pula lapangan terbang yang lebih kecil di Matak, 150 di sebelah barat Ranai, panjangnya 3.900 kaki, yang mungkin terlalu kecil untuk jet cepat."

Selain itu, ada pangkalan angkatan laut di Tanjung Pinang, 300 mil barat daya Ranai, yang dapat menopang kapal angkatan laut dengan panjang hingga 100 kaki.

Dijelaskan bahwa kapal amfibi adalah titik awal yang jelas. Dan bukan tanpa alasan bahwa Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, telah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun amfibi, termasuk lima dermaga pendaratan yang dirancang Korea Selatan, atau LPD.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan | (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Yudo Morgono menggelar apel pasukan intensitas operasi rutin TNI dalam pengamanan laut Natuna di pelabuhan Selat Lampa, Ranai Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pasukan yang terlibat yakni sekitar 600 personil dengan jumlah KRI yang ada sebanyak lima unit kapal
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan | (Pangkogabwilhan I) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Yudo Morgono menggelar apel pasukan intensitas operasi rutin TNI dalam pengamanan laut Natuna di pelabuhan Selat Lampa, Ranai Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, pasukan yang terlibat yakni sekitar 600 personil dengan jumlah KRI yang ada sebanyak lima unit kapal (KOMPAS.com/DOK TNI)

Setiap LPD kelas Makassar memiliki panjang 360 kaki, berbobot 11.000 ton dengan muatan penuh dan dapat membawa lebih dari 200 marinir atau tentara ditambah sekitar 40 kendaraan dengan ukuran dan berat tank Leopard II.

Dua puluh dua kapal pendarat, tank, tiga kapal tanker pantai, dua angkutan pasukan, sebuah kapal tanker dan sebuah kapal rumah sakit mendukung LPD.

Dua kapal kelas Banjarmasin -varian Makassar- adalah hal terdekat TNI AL dengan kapal induk . Masing-masing dapat mendukung lima helikopter dan harus dapat menampung V-22.

Selain itu, Angkatan Laut Indonesia mengoperasikan sekitar dua lusin helikopter ringan.

Sementara Angkatan udara memiliki sekitar 20 helikopter transportasi Puma dan Super Puma.

Kemudian, Angkatan Darat, dengan 50 Bell 412 dan 10 Mi-17, memiliki kekuatan putar terbesar.

Namun, tak satu pun dari helikopter itu dapat menandingi kecepatan jelajah 300 mil per jam V-22 dan radius misi 400 mil dengan muatan penuh dua lusin pasukan.

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved