Sejarah Indonesia
Di Timor-Timor 80 Prajurit Paskhas Siap Lempar Granat ke INTERFET saat Pangkoopsau Ditodong Senjata
Berawal dari senjata pasukan Interfet (Australia) mengarah ke Pangkoopsau II. Pasukan khusus TNI AU, Paskhas pun langsung bereaksi
Granat tangan bahkan sudah diraih, sehingga kalau baku tembak dalam jarak dekat itu terjadi, Paskhas yang jumlahnya lebih sedikit bisa menimbukan korban sebanyak mungkin.
Dalam situasi seperti itu, kehormatan untuk menjaga kewibawaan Pangkoopsau dan bangsa serta negara memang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Meskipun dalam pertempuran yang tidak seimbang dan di tempat terbuka itu bisa dipastikan pasukan Paskhas akan gugur semua.

Apalagi jumlah pasukan INTERFET yang siap tempur di kawasan Bandara Komoro telah mencapai ribuan.
Namun, situasi kembali kondusif setelah petinggi militer INTERFET tiba untuk menyambut Pangkoopsau II.
Pasukan terakhir di Dili
Ketika Pangkoopsau II kembali terbang meninggalkan Dili, seluruh Paskhas yang tertinggal, kembali bertugas untuk mengendalikan bandara sambil menunggu serah terima kekuasaan.
Pasukan itu sekaligus menjadi yang meninggalkan Dili paling terakhir.
Dalam penerbangannya menuju Kupang Pangkoopsau II sadar.
Jika sampai terjadi chaos, pasukan Paskhas yang tersisa pasti akan mengalami situasi sangat sulit.
Namun, dia berjanji untuk mengerahkan semua kekuatan Koopsau II, demi menyelamatkan seluruh pasukan Paskhas.
Beruntung, situasi Dili tetap terkendali dan pasukan Paskhas pun bisa pulang ke dengan selamat
Teknik meloloskan diri
Sebenarnya, jika harus menghadapi pertempuran sampai titik darah penghabisan di Bandara Komoro, pasukan Paskhas sebenarnya sudah siap.
Mereka bahkan telah menyiapkan prosedur tempur pelolosan diri sambil melawan dengan cara memilih 10 personel yang paling militan.
Ketika induk pasukan Paskhas sedang bertempur melawan pasukan INTERFET, kesepuluh personel itu akan meloloskan diri dengan cara berlari long march menempuh jarak ratusan km sambil bertempur menuju ke perbatasan di bawah ancaman musuh.
Teknik pelolosan diri sambil bertempur itu sudah dikuasai para prajurit Phaskas dan dikenal sebagai SERE (Survival Evation Resistance Escape).
Tujuannya adalah menyampaikan salam komando kepada Dankorpspaskhas dan seluruh jajaran serta petinggi TNI.
Namun, demikian karena harus melewati rintangan tempur, diperkirakan kesepuluh pasukan komando berani mati itu tidak akan semuanya berhasil menembus perbatasan. Bravo Paskhas!
Baca kisah-kisah pasukan elite TNI di Tribunjambi.com. (*)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: