Sejarah Indonesia
Di Timor-Timor 80 Prajurit Paskhas Siap Lempar Granat ke INTERFET saat Pangkoopsau Ditodong Senjata
Berawal dari senjata pasukan Interfet (Australia) mengarah ke Pangkoopsau II. Pasukan khusus TNI AU, Paskhas pun langsung bereaksi
Ratusan personel pasukan INTERFET yang keluar dari badan pesawat, alih-alih berbaris rapi, lalu melaksanakan upacara dan briefing dan berkoordinasi dengan pasukan TNI (Paskhas) yang sedang mengamankan Bandara Komoro.
Mereka langsung stelling (siap tempur).
Diiringi sirine yang meraung-raung, personel pasukan Interfet keluar dari pesawat dalam kondisi siap menembaki dan berlarian ke berbagai arah untuk membentuk perimeter (pertahanan) pengamanan Bandara Komoro.
Siap tempur di Bandara Komoro
Sepak terjang pasukan INTERFET yang siap tempur dalam kondisi senjata terkokang dan siap menembak, itu jelas membuat para prajurit Paskhas yang sedang bertugas mengoperasikan dan mengendalikan bandara jengah.
Sebagai pasukan komando terlatih dan memiliki kemampuan khusus mengoperasikan bandara, Paskhas memang ditugaskan mengamankan bandara setelah para operator sipil Bandara Komoro dievakuasi ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Paskhas sekaligus menjadi pasukan paling terakhir yang meninggalkan Dili.
Untuk mengantisipasi kondisi terburuk, Paskhas yang berjumlah sekira 80 orang dan masing-masing menyandang senjata di pundak, itu diam-diam juga telah menyiapkan diri bertempur sampai titik darah terakhir melawan pasukan Interfet.
Saat itu, pasukan Gurkha yang merupakan pasukan elite Inggris dan memiliki sejumlah kemampuan komando seperti Paskhas juga mulai diturunkan.
Baca juga: Kakek 63 Tahun Tega Cabuli Cucu dan Anaknya Sendiri, Anak Telepon Ke Polisi : Tembak Mati Saja
Baca juga: Cara Membersihkan Karang Gigi - Baking Soda, Berkumur dengan Air Cengkeh, Jus Lemon, Kulit Jeruk
Baca juga: Disebut Ratu Drama, Tanggapan Risma: Lihat Mereka Tidur Digerobak Saya Manusia Apa Kalau Diam Aja
Pasukan itu juga dalam kondisi siap tempur.
Di antara milisi
Pasukan INTERFET, khususnya Australia, sebenarnya sedang bingung karena dalam briefing untuk pendaratan di Dili.
Mereka mendapat informasi intelijen jika kota Dili dalam situasi perang dan dikendalikan para milisi bersenjata.
Memang sejumlah milisi bersenjata ada di Tim-Tim, tapi tidak sampai menguasai Bandara Komoro yang masih dikendalikan pasukan Paskhas.
Tapi, sewaktu mendarat di Bandara Komoro, pasukan Interfet yang mendapatkan tugas utama menguasai bandara, bukannya langsung menghadapi pertempuran.