Renungan Kristen
Renungan Harian Kristen - Tidak Menyerah Karena Tuhan yang Memampukan dengan Memberikan Kekuatan
Bacaan ayat: Filipi 4:13 (TB) - "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku". Oleh Pdt Feri Nugroho
Manusia melarikan diri dan bersembunyi dalam kelemahannya dengan berdalih bahwa Tuhan yang sudah menentukan secara demikian.
Tidak bisa kita hindari, bahwa manusia pada titik tertentu tetap fana berhadapan dengan Tuhan yang kekal.
Apapun upaya manusia untuk menemukan cara terbaik untuk membangun kehidupan, selalu berhadapan dengan efek samping yang merusak.
Ketika upaya diarahkan untuk memperkecil kerusakan, manusia berhadapan dengan kerusakan lain.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Megahkanlah Tuhan Karena Dia Tuhan yang Berkarya Menyelamatkan Kita
Bisa jadi semakin besar kerusakan yang ditimbulkan.
Pemakaianan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan hidup akan listrik ternyata berimbas pada kerusakan lingkungan yang parah jika terjadi kebocoran.
Ketidakberdayaan manusia dalam mengatasi segala sesuatu sering menciptakan istilah yang mengarah pada sikap melarikan diri dan menuduh Tuhan sebagai pihak yang bertanggung-jawab.
Takdir, nasip, hari sial, ketentuan bintang, dan lain-lain, adalah contoh yang paling bisa diterima secara akal bahwa manusia pada posisi tidak bisa mengendalikan.
Sebagai akibatnya, manusia diposisikan pada pihak yang pasif, sebatas mengikuti alur yang ada atau berusaha mengantisipasi; tanpa ada kewenangan untuk terlibat.
Alkitab mematahkan mitos tersebut dengan menyatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yang Maha Besar Memilih untuk Mengosongkan Diri
Konsekuensi kondisi ini, bahwa manusia mirip Allah: mempunyai potensi dan kemampuan untuk berkarya dalam kehendak bebas.
Kebebasan itu terjadi selama manusia hidup dalam relasi yang benar dengan Allah yaitu taat.
Ketika manusia memutuskan untuk memilih memberontak dengan hidup tidak taat kepada Allah, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak.
Pada saat yang sama, kebebasan yang Allah anugerahkan menjadi tidak lagi terhubung kepada Allah.
Pada saat yang sama pula, kehendak bebas yang ada dalam diri manusia masih melekat pada manusia.