Berita Nasional

Ketua KPK Bereaksi Lihat Unggahan Anies Baswedan, Singgung Buku How Democracies Die yang Dibaca

Baru-baru ini Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menyinggung unggahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di media sosial Twitter

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Tribun Jambi
Anies Baswedan membaca buku How Democracies Die dikomentari Frili Bahuri 

Dalam buku itu, Levitsky-Ziblatt membeberkan catatan sejarah soal kematian demokrasi yang tak selalu dimulai oleh jenderal militer lewat kudeta. Kisah kematian demokrasi yang monumental justru datang dari proses paling demokratis.

How Democracies Die menjadikan karier politik Adolf Hitler, Benito Mussolini, dan Chavez sebagai contoh. Ketiganya gagal meraih tampuk kekuasaan lewat kudeta, tapi berhasil menjadi diktator usai melalui proses legal.

Baca juga: Perda Protokol Kesehatan di Bungo Sedang Dibahas Dewan, Pelanggar Bisa Kena Denda

Baca juga: Masyarakat Tak Perlu Khawatir, Pelayanan di Puskesmas Muara Bulian Perketat Prokes, Ini Tujuannya

Baca juga: Debit Air Sungai Batanghari Capai 133 Cm, BPBD Batanghari Belum Terima Loparan Banjir

Dalam kudeta klasik, kata Levitsky-Ziblatt, kematian demokrasi tampak jelas. Istana dibakar dan presiden terbunuh, dipenjara, atapun diasingkan. Namun hal itu tak terjadi dalam kematian demokrasi lewat pemilu.

"Tak ada tank di jalanan. Konstitusi dan lembaga berlabel demokratis lainnya tetap ada. Rakyat masih memberi suara. Autokrat hasil pemilu mempertahankan tampilan demokrasi sambil menghilangkan substansinya," tulis Levitsky-Ziblatt dalam How Democracies Die.

Buku itu menyebut kematian demokrasi lewat jalur elektoral yang demokratis justru membuat warga tidak sadar. Banyak orang yang percaya mereka masih hidup dalam demokrasi meski tanda-tanda kediktatoran terjadi di depan mereka.

"Ketika rezim jelas-jelas 'melewati batas' memasuki kediktatoran, tak ada yang bisa membuat alarm masyarakat berbunyi. Mereka yang mencela tindakan pemerintah barangkali dianggap berlebihan atau bohong. Erosi demokrasi itu hampir tak terasa bagi banyak orang," tulis Levitsky-Ziblatt.

Anies Baswedan Diklarifikasi Polisi Soal Acara Rizieq Shihab, Ketua DPRD DKI: Pokoknya Harus Tegas

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi buka suara soal pemanggilan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan oleh Polda Metro Jaya, Selasa (17/11/2020).

Anies Baswedan beserta sejumlah anak buahnya diminta klarifikasi terkait kegiatan Front Pembela Islam (FPI) yang berdampak pada kerumunan orang di tengah pandemi Covid-19, di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (14/11/2020) lalu.

“Ini yang sering saya katakan untuk adanya ketegasan pemerintah di masa pandemi, karena Covid-19 ini bukan main-main."

"Sudah berapa banyak korban meninggal dunia, dan sudah berapa banyak keluarga yang ditinggalkan,” ujar Prasetyo melalui pesan singkat, Kamis (19/11/2020).

Menurutnya, selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi jilid II, seluruh teknis pelaksanaan di lapangan menjadi kewenangan Pemprov DKI Jakarta.

Karena itu, Pemprov DKI memang seharusnya tegas tanpa tebang pilih menghadapi sejumlah agenda publik yang menimbulkan kerumunan.

Baca juga: Panglima TNI Dukung Aksi Pangdam Jaya Copoti Baliho-baliho Habib Rizieq, Ini Kata Dudung Abdurachman

Baca juga: Detik-detik Mobil Pajero Lepas Kendali Tabrak Orang dan Warung Pecel Lele di Jambi, Berantakan

Baca juga: Pihak Sekolah Harus Mendapat Izin Wali Murid Saat Menggelar Belajar Tatap Muka di Sekolah

Dalam hal ini, kata dia, DPRD DKI selalu mendukung upaya-upaya penegakan kepatuhan protokol kesehatan.

Peraturan Daerah (Perda) Penanggulangan Covid-19 bahkan sudah disahkan bersama Pemprov DKI Jakarta.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved