Sejarah Berdirinya Muhammadiyah pada 1912, Selamat Milad Ke-108 Pada 18 November 2020

Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan, seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan..

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Duanto AS
Istimewa
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. 

TRIBUNJAMBI.COM - Hari ini merupakan milad ke-108 Muhammadiyah, Rabu (18/11/2020).

Peringatan milad kali ini bakal digelar secara virtual, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tema yang diusung pada milad ke-108 Muhammadiyah, yaitu "Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri".

Menelusuri jejak sejarah Muhammadiyah sangat menarik.

Organisasi Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada 18 November 1912 ( 8 Dzulhijjah 1330 H ).

Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik.

Baca juga: TEMA Mata Najwa Malam Ini, Pukul 20.00 WIB, Pilah-pilah Urusan Pandemi, Anies Baswedan Hadir?

Awalnya, kegiatan ini memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda, berupa pengajian Sidratul Muntaha.

Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah.

Sekolah ini kemudian berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki).

Kweek School Moehammadijah ada di Jalan S Parman No 68 Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan.

Sementara Madrasah Mu'allimat Muhammadiyah Yogyakarta khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta.

Kedua sekolah ini sekarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Asal mula nama Muhammadiyah

Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama 'Muhammadiyah' pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kiai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu.

Sosok ini merupakan seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan, yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved