Sejarah Berdirinya Muhammadiyah pada 1912, Selamat Milad Ke-108 Pada 18 November 2020
Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan, seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan..
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Duanto AS
Ia juga yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah (Darban, 2000: 34).

Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan, seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang.
Selain Yogyakarta, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada 1922.
Baca juga: Debat Publik Pilkada Sungai Penuh di Swisbell Bisa Dilihat di Facebook, IG & Youtube Tribun Jambi
Pada 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat.
Di daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.
Selamat milad ke-108 Muhammadiyah.
Melansir kompas.com, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, tema yang diusung pada milad ke-108 ini yaitu "Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi dan Masalah Negeri".
"Tema yang diangkat untuk mempertegas gerak, sikap, dan kebijakan Muhammadiyah dalam menghadapi keragaman paham, pandangan, dan orientasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang," kata Haedar dalam konferensi pers virtual bersama media, Senin (16/11/2020).
Pada tema kali ini, lanjut dia, Muhammadiyah juga senantiasa memasukkan tema solusi terhadap masalah negeri, termasuk pada era pandemi yang tengah dihadapi.
Haedar menegaskan, Muhammadiyah berkomitmen untuk terus memancarkan semangat dalam menghadapi pandemi.
"Pada kenyataannya, semenjak masa awal wabah Covid-19 menyapa negeri ini, Muhammadiyah telah berbuat yang terbaik dan maksimal. Baik dalam aspek ibadah dan keagamaan maupun masalah sosial dan kesehatan bahkan yang menyangkut aspek ekonomi," ujarnya.
Baca juga: Kisah Masa Lalu Surya Paloh, Perjalanan saat Muda Jadi Aktivis Kini Pengusaha Berhasil
Di sisi lain, Muhammadiyah juga sadar bahwa masalah-masalah negeri berdampingan dengan masalah kebangsaan baik politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan yang kompleks.
Menurut Haedar, hal ini tidak mungkin bisa diselesaikan satu pihak.
Oleh karena itu, lewat tema milad ini, Muhammadiyah mengingatkan sekaligus mengajak seluruh kekuatan bangsa, termasuk pemerintah, lembaga politik, dan kenegaraan untuk menyelesaikan masalah bangsa.