Mahasiswa UGM Menjadi Korban Kekerasan Saat Demo Tolak UU Cipta Kerja, Susi Pudjiastuti Beri Respon

Dia salah satu peserta ujuk rasa menolak UU Omnibus Law yang ditangkap polisi dan kemudian dipaksa untuk mengaku sebagai provokator.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Medan melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa di depan Kantor Pemprov Sumut, Medan, Jumat (9/10/2020). Dalam aksinya, mereka menyuarakan penolakkan UU Cipta Kerja (Omnibus Law). 

“Empat personel diganggu massa, saya yakin anak SMA atau SMK. Satu personel terprovokasi, kebetulan posisi saya pas di belakang personel itu. Mulai bentrok dan ricuh, saya ikut mundur bersama polisi, saya masuk ke aula DPRD,” kata ARN.

Demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di depan Gedung Grahadi berakhir ricuh, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020). Polisi menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pengunjuk rasa yang merusak fasilitas Gedung Grahadi Surabaya. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di depan Gedung Grahadi berakhir ricuh, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (8/10/2020). Polisi menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pengunjuk rasa yang merusak fasilitas Gedung Grahadi Surabaya. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Ponsel Disita dan Dipukuli

Namun ketika berlindung, ARN didatangi salah seorang aparat yang juga mulai menginterogasinya.

Aparat juga menyita ponsel milik ARN dan membawanya bersama demonstran lainnya. Ia rupanya dibawa ke lantai atas Gedung DPRD untuk diinterogasi.

ARN diminta mengaku sebagai provokator usai polisi melihat percakapan dari ponselnya.

"Mereka anggap chat saya dengan mahasiswi ini untuk provokasi demo Gedung DPRD jadi ricuh,” kata ARN.

Saat itulah ARN mengaku mengalami tindak kekerasan.

"Kepala dan muka saya beberapa kali dipukul sampai gagang kacamata saya patah," tutur ARN.

Setelah kejadian tersebut, ARN mengaku mengalami sesak napas akibat tendangan. Wajahnya juga lebam karena terkena pukulan.

Ia harus dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta.

Saat berada di rumah sakit, ARN sempat dijenguk oleh Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi.

“Pak Haryadi minta saya tetap semangat tetap pikir positif. Saya ingin masalah ini cepat selesai dan bisa kuliah kembali,” ujar dia.

Polisi membantah

Polisi membantah telah melakukan pemukulan terhadap mahasiswa. Apalagi memaksa mereka mengaku sebagai provokator.

"Tidak ada. Yang sudah di Polresta tidak ada pemukulan, mereka kan di lapangan," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Purwadi Wahyu Anggoro.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved