Kisah Kesaksian Penggali Sumur Di Lubang Buaya, Awalnya Diminta Untuk Membantu Membetulkan Jembatan
Proses pengangkatan jenazah yang telah membusuk itu baru selesai keesokan harinya yaitu pada 4 Oktober 1965.
“Mawi dari bawah (sumur) udah lemes setengah pingsan, kita dari siang kan. Namanya minum makan enggak, tentara juga enggak sama,” jelasnya.
Setelah hampir jam 11 malam galian sumur terus menemukan sampah berupa daun kering, abu, potongan bujur, kayu kecil hingga sampah basah lagi.
“Dan dari kejauhan kita melihat panser masuk (ke lokasi). Pasukan item-item, pasukan katak terus melakukan penggalian.
Kemudian kita mendengar melihat beberapa petugas tadi yang jalan-jalan cari air cuci tangan basah karena lumpur, kabarnya ngangkat mayat,” tandasnya.
Para tentara akhirnya pergi dari Lubang Buaya usai menemukan mayat tujuh jenderal yang sebelumnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Saat itu, Yusuf dan teman-temannya tak tahu bahwa sumur yang mereka gali itu adalah tempat pembuangan jasad enam jenderal dan satu pamen korban keganasan PKI.
Yusuf hanya ingat ada kejadian menarik, ketika salah satu dari temen Yusuf harus menyumpal hidung dengan bubuk kopi bahkan ada juga temannya yang kesurupan.
Kawan Yusuf yang bernama Pane terus menangis setelah menemukan potongan tubuh mayat.
Dalam buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) dikisahkan, saat RPKAD bersama warga melakukan penggalian, ditemukan timbunan dedaunan segar, batang pohon pisang dan pohon lainnya.
Mereka semakin yakin lubang itu adalah lubang jenazah para jenderal ditimbun karena menemukan potongan kain yang biasa digunakan sebagai tanda oleh pasukan Batalion Infanteri 454/Banteng Raider dari Jawa Tengah dan Batalion Infanteri 530/Raiders dari Jawa Timur.
Ketika kedalaman sudah 8 meter, tercium bau busuk.
Malam tanggal 3 Oktober 1965 semakin larut, ketika seorang personel RPKAD berteriak menemukan kaki yang tersembul ke atas dari dalam timbunan.
Sintong Panjaitan meminta penggalian terus dilakukan hingga jenazah para jenderal terlihat agak jelas di kedalaman 12 meter.
Temuan itu langsung dilaporkan kepada Lettu Feisal Tanjung, Komandan Kompi Tanjung Batalion 2 Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan diteruskan kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.
Lettu Feisal Tanjung yang ikut terlibat operasi penumpasan PKI itu belakangan menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (kini Tentara Nasional Indonesia/TNI).
• BREAKING NEWS Polda Jambi Amankan 41 Kilogram Sabu dari Muaro Jambi
• Gas LPG 3 Kg di Kota Jambi Langka, Warga: Seperti Sudah Diatur
• Terima DM Dari Anak Sule, Putri Delina, Mbah Mijan Minta Maaf : Maap ya Put, Ampun
Sementara juniornya Sintong Panjaitan, pernah menjabat sebagai Penasihat Presiden Bidang Pertahanan dan Keamanan di era Presiden BJ Habibie pada 1999.
Sumber : Tribunnews.com https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/05/begini-perjuangan-warga-dan-tentara-gali-sumur-tua-tempat-pembuangan-mayat-jenderal-di-lubang-buaya?page=all.