Tragedi G30S PKI
Terungkap Kenapa Soeharto Tidak Ikut Dibantai Seperti 7 Jenderal TNI yang Jadi Korban Sadis G30S PKI
Pasalnya, Soeharto juga diketahui merupakan sosok Jenderal bintang 2 yang menduduki jabatan penting, kala itu Mayor Jenderal Soeharto merupakan Pangko
Di tahun 1960-an, Soekarno dan PKI condong ke Uni Soviet dan antibarat.
Nah, Dewan Jenderal diyakini sejalan dengan Amerika Serikat yang ingin menyingkirkan Soekarno.
Atas dasar keyakinan ini, para perwira militer yang loyal kepada Soekarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.
Ada Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
• Bikin Geleng Kepala, Nia Ramadhani Sampai Panggil Ajudan Untuk Bedakan Pisang Matang dan Mentah
• Seteru KPK dan Mahkamah Agung, Pemotongan Hukuman Anas Urbaningrum Buat Masyarakat Bingung
• Misteri Donald Trump dan Keturunan Mc Leod, Menelusuri Kerajaan Bisnis Keluarga Kakek Neneknya
Mereka didukung oleh Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
Daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.
Mereka berencana "menculik" para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Soekarno.
Belakangan, rencana ini gagal total. Persiapan tidak dilakukan dengan matang. Para jenderal malah dibunuh.
Di mana Soeharto?
Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Militer, Latief membeberkan alasannya tidak memasukkan nama Soeharto.
"...karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang (2010).
Oditur Letkol CKH Sianturi SH, dalam sidang yang berlangsung 13 Juni 1978, menuntut tertuduh Latief dengan hukuman mati, karena terbukti bersalah mengadakan makar serta akan menggulingkan pemerintahan yang sah. Tertuduh Latief sedang berdiri mendengarkan tuntutan dari Oditur Sianturi.()
Tak cuma itu, Latief bahkan melapor ke Mayjen Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
Langkah ini dilakukan Latief setelah laporannya tak ditanggapi oleh Pangdam Jaya Mayjen Umar Wirahadikusumah dan Pangdam Brawijaya Mayjen Jenderal Basoeki Rachmat.