Tragedi G30S PKI

Terungkap Kenapa Soeharto Tidak Ikut Dibantai Seperti 7 Jenderal TNI yang Jadi Korban Sadis G30S PKI

Pasalnya, Soeharto juga diketahui merupakan sosok Jenderal bintang 2 yang menduduki jabatan penting, kala itu Mayor Jenderal Soeharto merupakan Pangko

net
Soeharto saat dilantik jadi Presiden 

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah kelam penculikan 7 Jenderal TNI di tragedi G30S PKI 55 tahun silam hingga kini masih menyimpan tanda tanya masyarakat akan keberadaan Soeharto.

Banyak yang bertanya, mengapa Soeharto bisa tak masuk daftar penculikan 7 Jenderal TNI tersebut.

Pasalnya, Soeharto juga diketahui merupakan sosok Jenderal bintang 2 yang menduduki jabatan penting, kala itu Mayor Jenderal Soeharto merupakan Pangkostrad.

Untung Kenang Kematian Ahmad Yani Oleh Pasukan Cakrabirawa: Setelah Ditembak Ayah Dilempak ke Truk

Pelanggaran Protokol Kesehatan Selama Penyelenggaraan Pilkada di Jambi, Jadi Catatan Pusat

Besaran Gaji PPPK Berdasarkan Golongan dan Masa Kerja Golongan, Golongan XVII Tertinggi Rp 6.7 Juta

Kini terjawab alasan mengapa Soeharto tak ikut diculik dan dihabisi bersama 7 jenderal di malam berdarah 30 September 1965.

Di antara berbagai teori tentang dalang G30S, ada yang meyakini Soeharto-lah yang sebenarnya berada di balik peristiwa G30S dan pembantaian ratusan ribu orang yang menyusulnya.

Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) masih menyimpan teka-teki hingga hari ini. Salah satunya menyangkut peran Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Selama puluhan tahun, pemerintah Orde Baru dan sekolah mengajarkan peristiwa G30S adalah ulah Partai Komunis Indonesia (PKI).
Faktanya, penculikan dan pembunuhan para jenderal pada 1 Oktober 1965 tak bisa dilihat sebagai kesalahan tunggal PKI.
Peristiwa G30S dipicu dari kabar burung yang mengatakan adanya sekelompok jenderal atau Dewan Jenderal yang hendak mengudeta Presiden Soekarno.
Peter Kasenda dalam Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI (2016) menulis, PKI mendapat informasi ini dari rekan mereka di militer yang merupakan simpatisan PKI.

Militer saat itu terbelah menjadi beberapa faksi yang saling memperebutkan pengaruh dan kekuasaan

Ada sebagian kecil yang simpati terhadap PKI. PKI adalah salah satu partai penguasa saat itu. Kader-kadernya menduduki kursi dewan dan kursi pejabat.

tribunnews

Ilustrasi Soeharto saat pecahnya G30S PKI (Istimewa/dok.Tribun Jambi)

Berikutnya ada faksi-faksi yang justru anti terhadap PKI.

Ada yang setia kepada Soekarno, dan ada yang tidak.

Di faksi inilah diyakini Dewan Jenderal bersarang.

Perlu diingat, setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, negara-negara pemenang saling bersaing memperebutkan pengaruh.

Persaingan yang dikenal dengan Perang Dingin ini membelah dunia menjadi dua.

Ada Uni Soviet dengan paham komunisnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Sumsel
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved