Pengakuan Wanita Muda Terima Order Open BO hingga VCS, Dari Masih Ayam Kampus hingga Jadi Karyawati
Mereka siap dipanggil ke rumah, namun lebih banyak perempuan itu menawarkan diri siaga di kamar hotel/penginapan menunggu "pemesan" datang atau di kos
TRIBUNJAMBI.COM - Sejumlah PSK harus putar otak untuk tetap mendapat pelanggan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Mereka sudah jarang menjajakan diri di pinggir jalan atau tempat prostitusi.
Selama pandemi banyak dijumpai sejumlah perempuan menawarkan diri melalui media sosial termasuk Faceboook,
Perempuan-perempuan tersebut membuat grup tersendiri yang berisi para wanita memajang foto-foto dan tarif "kencan".
Nama dan foto profile di grup itu tersamarkan sehingga hanya orang tertentu yang mengenalinya.
Berdasar penelusuran Tim Tribunjateng.com, selain di Facebook ada juga aplikasi yang sering dimanfaatkan oleh para PSK menjajakan diri.
• Kongkalikong Oknum Mantan Kepala Satpol PP, Pejabat, Polisi dan ASN di Kasus Baju Linmas
• FOTO Bikin Heboh Jenazah Dikubur Sesuai Protokol Pemakaman Covid-19 Ternyata Masih Pakai Daster
• Tips Menyimpan Daging Kurban yang Baik dan Benar, Jangan Lakukan Hal Ini, Sebaiknya Jangan Dicuci?
• Takut Perang, Presiden Duterte dari Filipina Menolak Konfrontasi dengan China Soal Klaim Perbatasan
Mereka menawarkan diri sendiri. Bukan "menjual" nama orang lain. Entah ada yang mengkoordinir atau tidak, belum diselidiki.
Dalam status yang mereka pajang, ada yang blak-blakan siap dibooking dan layani seks namun sebagian disamarkan dikemas sebagai paket pijat plus.
Mereka siap dipanggil ke rumah, namun lebih banyak perempuan itu menawarkan diri siaga di kamar hotel/penginapan menunggu "pemesan" datang atau di kamar kos.
Operasional mereka sebagian menggunakan aplikasi Michat.
Istilah yang mereka pakai untuk menarik pengguna jasa (pria hidung belang) antara lain Valid, Hanya yang Serius, Siap BO, ST saja, stay hotel, nawar nggak logis auto blok, hanya teman tak lebih, Ready, Chat di Bandungan, Hargai profesi, Need Valid, dan sebagainya.
Tribunjateng berhasil mewawancarai PSK online yang dia tekuni dari mahasiswi hingga bekerja di perusahaan swasta.
Sejak menempuh pendidikan di sebuah universitas di Kota Semarang, Bunga (nama samaran), sudah mulai terbiasa berhubungan badan di luar nikah.
Semula hal itu ia lakukan bersama pacar yang dikenalnya sejak semester 2.

Namun lambat laun ketika ditinggal sang pacar, Bunga merasa perlu melampiaskan hasrat nafsunya kepada seseorang. Terlebih saat itu dia butuh duit.
"Bapak ibu di kampung halaman belum bisa memenuhi kebutuhan saya di kota. Apalagi kadang saya telat bayar kuliah, karena kondisi ekonomi orangtua."