Kisah Militer RI
Pasukan Penjaga Terakhir Soekarno Disebut Lebih Kuat dari Kopassus, Satuan Itu Bernama Den Harin
Pasukan Penjaga Terakhir Soekarno Disebut Lebih Kuat dari Kopassus, Satuan Itu Bernama Den Harin
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia disebut pernah miliki satuan elite paling ditakuti dan lebih hebat dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Namun untuk penampakannya hingga kini belum ada dokumen yang menampakkan wujud dari pasukan yang dijuluki Den Harin atau dengan nama lengkap Detasemen Harimau.
Kisah pasukan itu semua berawal dari presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno selalu berhasil meninggalkan cerita mengesankan hingga saat ini menarik untuk diulas.
Satu contohnya adalah cerita penjaga terakhir Soekarno yang jarang terekspos.
Cerita tentang para penjaga Soekarno sebelum kehebatan Kopassus dikenal dan diakui dunia.
• Diprediksi kian Terpuruk Akibat Covid-19, Begini Kondisi Timor Leste Pasca Pisah dari Indonesia
• Bintang FTV Hana Hanifah Saling Cakar dengan Mantan Atta Halilintar, Kini Namanya Trending Twitter
• Link Live Streaming Liga Inggris Manchester United vs Southampton, Bisa Ditonton via HP
• Ayu Ting Ting dan Didi Riyadi Saling Tatapan & Diam-diam Difoto Umi Kalsum, Foto Candid Jadi Sorotan
• Oknum Security Tega Mencabuli 4 Bocah Laki-laki Hingga 30 Kali Dalam Kurun Waktu Setahun
• Bupati Tanjabbar Bantah Asisten Rumah Tangganya Reaktif Rapid Test, Safrial: Tidak Terbukti
Pasukan Den Harin ternyata sangat terkenal saat zaman Soekarno menjabat sebagai Presiden Indonesia saat itu.
erikut cerita lebih lengkapnya, seperti dikutip dari Tribun Jambi.
Aksi pasukan Den Harin sangat ditakuti seperti halnya pasukan elite saat ini, Kopassus.
Sebelumya, Presiden Soekarno lakukan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, namun hal ini sulit untuk dilihat oleh masyarakat.
Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.
Oleh karena itu, pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.
Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.
Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.
Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."
Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.
Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibu kota Negara Indonesia Timur.

Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentuk pasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.
Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).
Satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawan nasional adalah Robert Wolter Mongisidi.
Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.
Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung .
Mereka kemudian melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya.
• Keluarga Dibuat Kaget, Hana Hanifah Ngaku ke Medan karena Ada Urusan Kerja, Tapi Diamankan Polisi
• Nikita Mirzani Kerap Tak Berbusana di Rumah, Kameramen Nyai Ngaku ke Ayu Ting Ting Rasakan Hal Ini
• Reaksi Rafatar yang Buat Raffi Ahmad Kaget saat Pergoki Sang Ayah Genit ke Wanita Lain di Rumah
• BREAKING NEWS Asisten Rumah Tangga Bupati Tanjabbar Dikabarkan Reaktif Rapid Test
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.
Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.
Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian dinamai Pasukan Harimau Indonesia.
Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda.
Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula ditahan oleh NICA.
• Kebakaran di Merlung, Bedeng Tiga Pintu Hangus Terbakar
• Telkomsel Pastikan Data Pelanggan Tetap Aman
• BREAKING NEWS, Keluarga dan Kerabat Benarkan Artis FTV Berinisial HH adalah Hana Hanifah
• KPU Kota Jambi Pilih Gunakan Suket Bebas Gejala Influenza untuk Petugas PPDP
• 5 Fakta Hana Hanifah yang Jarang Diketahui, Hobi Memasak hingga Miliki Bisnis Fashion
• Indosat Ooredoo Perluas Jaringan 4G Plus Kuat di Lima Wilayah di Provinsi Jambi
• Sikap Murung & Tak Nafsu Makan Ditunjukkan Yodi Prabowo Sebelum Editor Metro TV Itu Ditemukan Tewas
Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat sebagai Kepala Staf.
Seperti tertulis dalam buku "Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno," dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.
Yakni menyerang dan merampas persenjataan pasukan Belanda dengan target individu atau kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, serta gudang amunisi.
Jika digambarkan sebagai pasukan jaman sekarang, Pasukan Harimau Indonesia ini memang seperti pasukan khusus yang bertempur secara senyap, mahir melaksanakan sabotase sasaran vital musuh, menimbulkan ketakutan dan kepanikan terhadap kehidupan sehar-hari pasukan Belanda, menghadang distribusi logistik, dan lainnya.
Singkat cerita Pasukan Harimau Indonesia yang dibentuk di Makassar pada era Perang Kemerdekaan ini sangat populer.
Robert Wolter Mongisidi yang merupakan personel Pasukan Harimau yang paling ditakuti Belanda memang berhasil ditangkap dan kemudian dihukum mati pada 5 September 1949.
Ketika akan dieksekusi, Mongisidi menolak memakai penutup mata dan tetap meneriakkan “Merdeka!” sebelum peluru regu tembak menerjangnya.
Di era Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, sosok Mongisidi kembali populer setelah kisah perjuangannya dibuat film bertajuk Tapak-Tapak Kaki Wolter Mongisidi (1982).
Selain diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1973, Mongisidi juga mendapatkan penghargaan tertinggi dari negara, yakni Bintang Mahaputra.
• Kronologi Lengkap Orang Medan Bisa Booking Artis FTV Cantik Hana Hanifah dan Diajak ke Hotel
• Presiden Jokowi Memprediksi Lonjakan Kasus Covid-19 di Indonesia Akan Terjadi pada Agustus-September
Nama Mongisidi pun diabadikan sebaga nama bandara, kapal perang, dan satuan militer (TNI).
ABRI (TNI) di era Orde Baru memiliki pasukan khusus yang dinamai Datasemen Harimau (Den Harin) yang bertugas mengawal presiden secara senyap.
Tapi keberadaan "pasukan super" yang dianggap jauh lebih hebat dari Kopassus ini masih gelap dan simpang siur karena tidak adanya bukti yang otentik.
Padahal sebagai satuan khusus yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah, jika Den Harin memang ada pasti ada bukti dan dokumen otentiknya. (Artikel TribunJambi)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: