Delapan Tahun Menanti, FIB Unja Malah Diintegrasi ke FKIP, Mahasiswa dan Alumni Menabur Bunga Duka
Pagi ini, sebuah halaman dari gedung berlantai tiga, dan dengan tulisan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi (Unja) sedang dirundung duka.
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Delapan tahun diikat janji, pada akhirnya ditutup duka. Sejak lama ditabur janji, hingga akhirnya harus menebar bunga, dengan aksi yang tidak bisa bersuara.
Pagi ini, sebuah halaman dari gedung berlantai tiga, dan dengan tulisan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi (Unja) sedang dirundung duka.
Dengan alasan tidak sanggup menahan kecewa, puluhan mahasiswa dan sejumlah alumni, masih kokoh bertahan dan menyebut mereka masih bagian dari mahasiswa FIB.
• Penambahan Kasus Paling Tinggi, Jokowi Beri Jawa Timur Waktu Dua Minggu Turunkan Penularan Covid-19
• Empat Pasien Corona di Sarolangun Membaik, Bambang: Jika Dua Kali Swab Negatif Boleh Pulang
• Fakta Jenazah Covid-19 Tertukar, Meninggal Karena Serangan Jantung Dimakamkan SOP Virus Corona
Dengan menabur bunga, sembari memakai seragam berwana hitam, mereka bernyanyi dan berharap, duka mereka segera pulih. Sayang, pihak kampus tidak melihat aksi tersebut.
Fakultas Ilmu Budaya Unja, tulisan di gedung bagian atas, serta di halaman depan gedung seolah menjadi batu nisan, atas matinya harapan ratusan mahasiswa yang seolah dipaksakan menjadi bagian dari mahasiswa FKIP.
Sembari ditebari bunga, tiga orang mahasiswi yang mewakili suara dan perasaan ratusan mahasiswa FIB melakukan aksi teatrikal, menggambarkan suasana duka, yang tidak sanggup lagi berbicara.
"Saya tidak terima, jika ada kata terakhir untuk FIB bang, teatrikal tadi cara kami bicara, karena selama ini kami tidak didengar, bahkan peralihan FIB ke FKIP tidak pernah melibatkan kami mahasiswa," kata Jenisa, mahasiswa Program Studi Sendratasik, Unja sembari mengusap keringat di wajahnya usai melakukan aksi.
Sekira kurang lebih satu minggu lalu, Fakultas yang berdiri sejak Tahun 2013 silam, secara sah digabung dengan FKIP, namun, dengan penuh harap, Jenisa dengan yakin masih menyebut dirinya sebagai mahasiswa FIB.
FIB, awal berdiri hanya dengan tiga Program Studi (Prodi) yakni Sastra Indonesia, Sastra Arab, Ilmu Sejarah.
Namun, memasuki tahun, kedua berdiri, tepatnya 2014, pihak kampus dengan yakin menambah 2 prodi lainnya, yakni Prodi Arkeologi dan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik).
Namun, keyakinan seperti tidak sejalan dengan usaha, kini mimpi dari ratusan mahasiswa yang datang dari segala daerah, bahkan dari luar Pulau Sumatera harus terkubur.
Mimpi dan harapan terbunuh, hal tersebut diungkapkan oleh Aldi, satu di antara alumni 2014 Sastra Indonesia, FIB Unja.
Dengan yakin, Aldi mengatakan, sejak awal mahasiswa sudah berbuat banyak, dengan segala kegiatan dan program untuk membantu pihak kampus menyelesaikan Organisasi dan Tata Kerja (OTK) yang sah.
Justru, kata Aldi, antusias dan semangat mahasiswa berbanding terbalik dengan pihak kampus, dimana meminta mahasiswa untuk pasrah dan tabah.
"Mimpi sudah dibunuh, malah pihak dekanat menyampaikan kami untuk pasrah dan tabah, jadi usahanya apa, wajar saja sampai harus digabung," terang Aldi.