Siap-siap, Pertamina Beri Kabar Bakal Hapus Bensin dan Pertalite, Alasannya Ternyata Ini
Walau harga minyak mentah dunia turun, PT Pertamina tetap tidak menurunkan harga bahan bakar di Indonesia.
TRIBUNJAMBI.COM - Walau harga minyak mentah dunia turun, PT Pertamina tetap tidak menurunkan harga bahan bakar di Indonesia.
Bahkan, Pertamina memberi kabar bakal menghapus bensin atau bahan bakar minyak (BBM) yang tidak ramah lingkungan.
Rencana penghapusan bahan bakar minyak tidak ramah lingkungan itu, agar sejalan dengan kesepakatan pemerintah untuk mengurangi emisi gas karbon.
Hal ini dikatakan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Menurutnya, kesepakatan itu ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 tahun 2017 mengenai batasan Research Octane Number (RON).
• UPDATE 17 Juni 2020: Bertambah Lagi 1.031 Orang, Total Kini 41.431 Positif Kasus Covid-19
• Sikap Gubernur Sulawesi Tenggara Melunak, Dulu Menolak Kini Izinkan 500 TKA China Bekerja di Konawe
• Apa Sebenarnya Isi Piramida Bent, setelah 4.600 Tahun Terungkap Berkat Sinar Kosmik
"Jadi ada regulasi KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) yang menetapkan bahwa untuk menjaga emisi karbon itu, menjaga polusi udara ada batasan di RON berapa gitu, di kadar emisi berapa," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Senin (15/6/2020).
Berdasarkan Peraturan KLHK Nomor P.20 Tahun 2017, Indonesia sudah harus mengadopsi kendaraan BBM berstandar Euro 4 sejak 10 Maret 2017.
BBM yang memenuhi standar Euro 4 adalah bensin dengan Research Octane Number (RON) di atas 91 dan kadar sulfur maksimal 50 ppm.
Sementara itu, bensin Pertamina yang berada di bawah RON 91 ada Pertalite dengan RON 90 dan Premium RON 88.
Jika berpatokan pada aturan tersebut, Premium dan Pertalite tidak sesuai standar karena masih di bawah aturan Euro 4.
Wacana bensin Premium dihapus sebetulnya bukan usulan baru.

KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbel) mengusulkan bensin Premium 88 dihapus karena tidak sesuai teknologi otomotif sekarang.
"Masa kita menggunakan BBM yang kualitasnya zaman 50 tahun yang lalu? Mending dihapus sekalian karena kalau digunakan, kendaraan kita akan cepat rusak," ungkap Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin di Gedung Sarinah, Jakarta, 2018 lalu.
Lebih dari tiga tahun lalu, tepatnya pada 23 Desember 2014, Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai Faisal Basri pernah merekomendasikan agar impor BBM jenis RON 88 atau Premium dihentikan.
"Sesuai rekomendasi Tim, intinya premium RON 88 itu dihapus, hilang, tidak lagi dijual di SPBU. Buat apa? Di market hanya ada RON 92 ke atas," tegas Faisal.
• Ekspresi Zuraida Hanum yang Jadi Sorotan Sebelum Hakim Datang, Senyum Depan Kamera & Mendadak Datar
• Nazaruddin Bebas, KPK Bantah Beri Status Justice Collaborator ke Mantan Bendahara Partai Demokrat
• Sebanyak 32 Ribu Warga Muarojambi Pemegang Kartu BPJS Dinonaktifkan