Virus Corona

Lampu UVC Pembunuh Virus Corona yang Dikembangkan Peneliti Universitas Columbia

Sejumlah peneliti dan ilmuwan terbaik dunia tengah menciptakan alat dan vaksin untuk membunuh virus corona.

Editor: Heri Prihartono
AFP / File /USHIO / Handout    
Model lampu UVC baru, Care 222, diproduksi oleh anak perusahaan Amerika dari perusahaan Jepang Ushio, yang menyediakan sinar UVC untuk diuji kemampuannya untuk membunuh virus Corona 

TRIBUNJAMBI.COM, COLUMBIA - Sejumlah peneliti dan ilmuwan terbaik dunia tengah menciptakan alat dan vaksin untuk membunuh virus corona.

Tujuannya pandemi virus corona dapat dihentikan penyebarannya di seluruh dunia.

 Para peneliti di Universitas Columbia, New York, AS telah bekerja selama bertahun-tahun untuk melakukan pengujian (Ultraviolet-C) tipe baru membunuh virus mematikan.

Adapun untuk membunuh virus Corona, masih dalam tahap penilaian.

Direncanakan dapat digunakan di stasiun atau terminal, pesawat terbang, dan sekolah untuk membunuh virus berbahaya itu.

Tertangkap Ikan 2,5 Ton, Ini Fakta Mola-Mola Laut Itu

Siapa Sebenarnya Tiara Abraham?Remaja 14 Tahun yang Diterima di 8 Universitas Ternama di California

Saat pandemi virus Coronavirus mengguncang ekonomi dunia, teknologi ini sedang mengalami booming.

Tetapi sinar UVC (untuk Ultraviolet-C) berbahaya, menyebabkan kanker kulit dan masalah mata, serta hanya dapat digunakan jika tidak ada orang.

Ramadan Seru Bareng Smartfren, Rebut Hadiah Senilai Jutaan Rupiah di TikTok Challenge

Negara-negara Berkembang akan Kesulitan Mendapatkan Vaksin Covid-19, Ini Penyebabnya Kata Ahli

Sistem kereta bawah tanah New York, mengikuti contoh kereta bawah tanah Tiongkok, berencana menggunakan lampu ultraviolet untuk mendisinfeksi kereta, tetapi sat penutupan pada malam hari.

Sebuah tim di Pusat Penelitian Radiologi Columbia sedang bereksperimen dengan apa yang disebut far-UVC, sinar dengan panjang gelombang 222 nanometer.

Hal itu akan membuat aman bagi manusia, tetapi mematikan bagi virus, Kata Direktur Pusat Penelitian Radiologi Columbia, David Brenner kepada AFP, Minggu (10/5/2020).

Pasien Covid-19 di Tanjab Barat yang Meninggal Dimakamkan di Sini, Pemkab Siapkan Lahan 20 Hektar

Foto Penampakan iPhone SE 2020 di Situs Apple Indonesia, Bakal Segera Resmi Rilis di Tanah Air?

Pada frekuensi itu, jelasnya, sinar tidak dapat menembus permukaan kulit maupun mata.

Hal itu berarti dapat digunakan di ruang tertutup dan ramai dimana risiko kontaminasi menjadi tinggi, dengan potensi besar untuk digunakan selama pandemi virus Corona saat ini.

Pada akhir April 2020, Presiden Donald Trump memberikan pernyataan membingungkan tentang bagaimana memproyeksikan sinar ultraviolet ke dalam tubuh manusia untukmembunuh virus Corona.

Dia tampaknya terinspirasi oleh penelitian tentang efek cahaya alami pada virus, tetapi cahaya alami tidak memiliki sinar UVC.

Pada 2013, tim Columbia mulai mempelajari efektivitas UVC terhadap bakteri yang resistan terhadap obat.

Ekonomi Jambi Tumbuh 1,65 Persen, Tertinggi dari Informasi dan Komunikasi

Keistimewaan 10 Hari Terakhir di Bulan Suci Ramadan, Ini Amalan yang Sering Dilakukan Rasulullah SAW

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved