Keberanian Ki Hajar Dewantara Lepas Gelar Bangsawan Lalu Mengajar, Selamat Hardiknas 2020

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada 3 Juli 1922

Editor: Duanto AS
Instagram
Ki Hajar Dewantara, selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei. 

Lembaga pendidikan itu memberikan kesempatan bagi pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ilustrasi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)
Ilustrasi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) (Tribunkaltim)

Ki Hajar Dewantara menciptakan semboyan yang terkenal, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Banyak yang tidak mengetahui, namanya diabadikan sebagai nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara

Selain itu, potret Ki Hajar Dewantara diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.

Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959.

Itu berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Pengasingan

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Pada 1913, dia mendirikan Indonesisch Pers-bureau, "kantor berita Indonesia".

Ini adalah penggunaan formal pertama dari istilah "Indonesia", yang diciptakan tahun 1850 oleh ahli bahasa asal Inggeris George Windsor Earl dan pakar hukum asal Skotlandia James Richardson Logan.

Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akta, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.

Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore.

Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Mendirikan Taman Siswa

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919.

Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved