Keberanian Ki Hajar Dewantara Lepas Gelar Bangsawan Lalu Mengajar, Selamat Hardiknas 2020

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada 3 Juli 1922

Editor: Duanto AS
Instagram
Ki Hajar Dewantara, selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei. 

TRIBUNJAMBI.COM - Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei.

Nama Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara melekat ertat dengan Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas )yang diperingati setiap 2 Mei.

Pahlawan Nasional ini memang satu di antara tokoh yang berjasa pada dunia pendidikan.

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh penting di balik pendidikan Indonesia.

UPDATE TERKINI COVID-19! Ada 3 Kota yang Berpotensi Episentrum Corona Baru

Mengapa Selama Ini Tak Pernah Diungkap, Hubungan Kiai Modjo dan Duta Sheila on 7

Inilah Pose dan Wajah Asli 6 Pedangdut Cantik Selama di Rumah Aja saat Pandemi Wabah Virus Corona

Perjalanan Ki Hajar Dewantara dari sejak kecil, pelajar, sampai menjadi menteri, berliku-liku.

Dia mengalami tantangan pendidikan pada zamannya, dari penjajahan sampai kemerdekaan.

Dikutip dari intisari.com, Ki Hajar Dewantara merupakan laki-laki dengan hati lembut.

Meski demikian, ia tak segan-segan untuk menghantam Pemerintah Kolonial Belanda.

Ki Hadjar Dewantara (kiri) dan saat bersama dengan tokoh pergerakan Indonesia lainnya yang tergabung dalam tiga serangkai yakni Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. (idi.wikipedia.org)
Ki Hadjar Dewantara (kiri) dan saat bersama dengan tokoh pergerakan Indonesia lainnya yang tergabung dalam tiga serangkai yakni Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. (idi.wikipedia.org) ()

Pada 1910-an, ia pernah membuat merah kuping Pemerintah Belanda dengan pamflet satir ‘Als ik eens Nederlander was’ (Anda aku seorang Belanda).

Pada 1913 pemerintah kolonial hendak merayakan hari kemerdekaan Belanda dengan besar-besaran.

Tahun itu adalah tepat seabad Belanda lepas dari penjajahan Perancis-nya Napoleon.

Tak hanya oleh kalangan kolonialis, pemerintah berharap perayaan itu juga diikuti oleh seluruh warga Hindia Belanda (waktu itu belum ada Indonesia).

Usulan ini tentu saja membuat pemuda Suwardi Suryaningrat, yang waktu itu aktif di Indische Partij (IP), gerah.

Menurut laki-laki yang waktu itu berusia 24 tahun itu, sangat tidak pantas Belanda merayakan hari kemerdekaannya di atas tanah jajahannya.

Lebih lagi mereka mengajak serta Pribumi. Ia kemudian menulis pamflet galak itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved