Kisah Militer RI
Singapura Pernah Mau Diserbu Marinir TNI AL, Karena Sosok Usman dan Harun Dihukum Mati di Negara Itu
Singapura Pernah Mau Diserbu Marinir TNI AL, Karena Sosok Usman dan Harun Dihukum Mati di Negara Itu
Taktik memisahkan diri itu bertujuan untuk menghindarkan kecurigaan aparat kepolisian yang telah melancarkan operasi pencarian secara besar-besaran.
• Masih 32, Jumlah Kasus Positif Corona di Jambi Belum Berubah
• Satgas Temukan 81 Fintech Lending Ilegal, Manfaatkan Masyarakat yang Kesulitan Keuangan
• VIDEO Detik-detik Terekam CCTV Jambret di Kota Baru Jambi Beraksi, Dikejar Massa lalu Ditabrak Mobil
Djanatin dan Tohir berhasil mencapai pantai, selanjutnya melarikan diri menggunakan perahu motor rampasan.
Namun, pelarian yang berlangsung pada 13 Maret 1965 itu mengalami kendala karena secara tiba-tiba mesin perahu mati.
Tak lama kemudian polisi perairan Singapura berhasil menemukan dan menangkap keduanya.
Usman dan Harun, oleh Singapura, dianggap sebagai pelaku terorisme dan bukan tawanan perang karena ketika sedang melancarkan misinya tidak mengenakan seragam serta identitas militer.
Setelah diadili kedua infiltran yang bertempur demi tugas negara itu akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Langkap diplomatik untuk membebaskan keduanya pun diupayakan secara serius oleh Pemerintah RI.
• Antisipasi Aksi Kriminal Meningkat Saat Pandemi, Polsek Sabak Timur Himbau Warga Aktifkan Pos Ronda
• Tawarkan Bunga Deposito 6,3%, Tenor 6 dan 12 Bulan di Bank Mayora
• Pekan Pertama Ramadan, Harga Sembako di Jambi Masih Stabil, Disperindag Akan Upayakan Pasar Murah
Tujuannya agar hukuman mati minimal berbuah jadi hukuman seumur hidup, tapi upaya itu ternyata gagal.
Tiga tahun kemudian, persisnya pada Kamis 17 Oktober pukul 06.00 waktu setempat, Usman dan Harus dihukum dengan cara digantung.
Karena keduanya bertugas membela negara, saat jenazahnya dipulangkan ke Indonesia mereka mendapatkan penghormatan sebagai pahlawan.
Keduanya diberikan penghargaan tertinggi Bintang Sakit serta dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta Selatan.
Bahkan Pemerintah Indonesia yang memberi nama satu kapal perang baru buatan Inggris dengan sebutan KRI Usman-Harun.
Kesal Dua Rekannya Dihukum Mati, Marinir Ingin Serbu Singapura
Cerita dari dua prajurit KKO Sersan Harun dan Kopral Usman digantung pemerintah Singapura saat konfrontasi Dwikora tahun 1968, memang menyisakan luka bagi Korps Angkatan Laut Indonesia saat itu.
Periode 1960an, pemerintahan Soekarno memang gerah dengan pembentukan Negara Malaysia.
Singapura yang anggota persemakmuran inggris ini juga dianggap pangkalan Blok Barat yang dapat mengancam Republik Indonesia.
• ANGIN SEGAR! Vaksin COVID-19 Berhasil Diuji ke Hewan, Warga di Negara Ini Jadi Percobaan Pertama
Soekarno mengirim ribuan sukarelawan untuk bertempur di perbatasan Kalimantan dan Serawak.
Berbagai operasi intelijen juga digelar di Selat Malaka dan Singapura. Tujuannya untuk mengganggu stabilitas keamanan di Singapura.
