Kisah Militer RI

Kisah Detik-detik Kopassus Geruduk Padepokan Dukun Sakti Simpatisan PKI, Mbah Suro Diam Tak Berkutik

Kisah Detik-detik Kopassus Geruduk Padepokan Dukun Sakti Simpatisan PKI, Mbah Suro Diam Tak Berkutik

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Pasukan Kopassus 

Mbah Suro juga sering memberi jampi-jampi atau mantera dan air kekebalan kepada para muridnya.

Banyak pengikutnya yang percaya, diri mereka telah menjadi kebal terhadap senjata tajam, dan senjata api.

Pemerintah, khususnya pihak militer melihat Mbah Suro telah ditunggangi oleh PKI.

Oleh karena itu, Panglima Kodam VII/Diponegoro memerintahkan untuk menutup padepokan tersebut.

BREAKING NEWS Kota Jambi Ditetapkan Jadi Zona Merah Covid-19, sudah Transmisi Lokal

Keren! Polres Tanjabbar Bikin Lagu Berjudul Di Rumah Saja, Ini Lirik dan Nama Para Personel Band

Menurut Hendro, penutupan itu terpaksa dilakukan melalui jalan kekerasan.

"Pangdam terpaksa memerintahkan agar penutupan dilakukan dengan jalan kekerasan, karena segala upaya jalan damai yang ditempuh telah menemui jalan buntu," tulis Hendro dalam bukunya

Akhirnya, Kodam VII/ Diponegoro beserta satu Kompi RPKAD (Sekarang Kopassus) di bawah pimpinan Feisal Tanjung menyerbu padepokan Mbah Suro.

Mbah Suro pun berhasil ditaklukkan dalam penyerbuan itu.

Pilgub Jambi 2020, Tim Fachrori Umar Targetkan Raih 40 Persen Suara di Basis Lawan

Update Corona 27 April 2020 di Indonesia, Tambah 214 Orang, Begini Kondisi Tiap Provinsi

Soeharto Gunakan 4 Tahap Sistematis untuk Menumpas Gerakan G30S/PKI

Peristiwa kekejaman G30S/PKI meninggalkan coretan hitam dalam sejarah bangsa Indonesia

Pada 30 September 1965, terjadi penculikan dan pembunuhan enam jenderal yang merupakan perwira tertinggi TNI serta satu perwira berjabatan kapten.

Bahkan menteri atau Panglima AD Ahmad Yani tidak luput dari sasaran.

Begini Kabar Mengejutkan Guru Musik yang Sempat Naksir Muridnya Saat Usia 8 Tahun!

Saat itu, satuan TNI AD mengalami guncangan hebat akibat aksi G30S/PKI.

Para perwira TNI AD ingin melakukan tindakan akibat peristiwa kelam yang telah merenggut jenderal TNI tersebut.

Dikutip dari pernyataan Drs. Nugroho Notosusanto, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1966

Antisipasi Covid-19, Pasar Bedug di Batanghari Resmi Ditiadakan, Pedagang Boleh Jualan di Rumah

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Mayor Jenderal Soeharto, Panglima Kostrad menerima informasi bahwa sesuatu yang serius telah terjadi.

Jenderal Yani dan beberapa pejabat tinggi Angkatan Darat telah diculik atau dibunuh oleh suatu gerombolan bersenjata.

Beliau segera berangkat menuju ke Markas Kostrad di Medan Merdeka Timur untuk menganalisa keadaan.

Beliau mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi suatu pengkhianatan oleh sesuatu komplotan kontra-revolusioner.

Selain Sumber Antioksidan, Timun Suri Memiliki Banyak Manfaat Lainnya

Hilangnya Jenderal Yani selaku Men/Pangad menyebabkan kekosongan di lingkungan Angkatan Darat, itu merupakan sesuatu hal yang amat berbahaya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved