Kisah Militer RI

Ujian Berat Calon Anggota Kopassus, Jalani Minggu 'Neraka' dan Bertahan di Nusakambangan Tanpa Bekal

Ujian Berat Calon Anggota Kopassus, Jalani Minggu 'Neraka' dan Bertahan di Nusakambangan Tanpa Bekal

Editor: Andreas Eko Prasetyo
YouTube
Ilustrasi ujian calon Pasukan Kopassus 

Dalam berbagai seleksi itu, pasukan yang lulus hanya sekitar 2.500 orang.

Mereka yang lulus tentu saja boleh tetap mengenakan baret merah. Sedangkan, yang tak lulus akan ditempatkan ke dalam kesatuan baret hijau, Kostrad.

Pergantian baret itu tentu saja menimbulkan protes dari mereka yang harus mengganti baret merah ke hijau.

Satu bentuk protesnya adalah melepaskan sejumlah tembakan.

"Mereka merasa masuk TNI karena ingin menjadi anggota Korps Baret Merah, dan tidak bisa menerima kenyataan harus melepaskan baret merah di samping sudah bersumpah setia untuk menjadi pasukan komando," tulis Hendro yang menirukan kembali kesaksian Sintong Panjaitan.

Cara Membuat Es Kopyor Avokad, Teh Susu Jeli Moka, Sup Buah Segar untuk Takjil

Bupati Syahirsah & Forkopimda Sambut Kunker Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Santyabudi ke Batanghari

Kumpulkan Sampel Pemantauan Covid-19, Sopir PBB Tewas Tertembak di Myanmar

 

Sintong Pandjaitan memimpin RPKAD merebut kembali gedung RRI
Sintong Pandjaitan memimpin RPKAD merebut kembali gedung RRI 

Sintong pun menilai mereka yang protes melalui pelepasan tembakan memang sudah tak pantas di Kopassus.

Tindakan itu sudah melanggar disiplin militer yang patuh, dan taat pada pimpinan.

Oleh karena itu, Sintong Panjaitan pun meminta Polisi Militer AD untuk menanganinya.

Meski demikian, upacara pergantian baret pun pada akhirnya tetap dilakukan. Upacara tersebut dilakukan di Kariango, sekitar 23 kilometer dari Makassar.

Mereka yang tak lulus ujian tersebut berdiri tegak dalam barisan.

"Sebelum upacara dimulai mereka sudah memasukkan baret hijau ke dada di bagian dalam kemeja," tulis Hendro Subroto berdasarkan pengakuan Sintong Panjaitan.

Selanjutnya terdengar aba-aba pergantian baret.

Mereka serentak menunduk, mengambil baret hijau dari kemejanya, lalu mengenakannya ke kepalanya, dan memasukkan baret merah ke kemejanya.

Menurut Sintong Panjaitan, saat itu suasana sangat mengharukan dan beberapa anggota meneteskan air mata.

"Sintong merasa sangat terharu menyaksikan upacara itu.”

“Ia mencatat di antara mereka yang berganti baret itu ada perwira berpangkat kolonel, letkol, dan mayor, walaupun sebenarnya mereka lebih suka tetap di baret merah," tulis Hendro Subroto.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved