Virus Corona

Bagaimana Virus Corona Menyerang Manusia, Mulai Paru-paru hingga Otak, Ini Penjelasan Ahli

Berikut ini penjelasan dari para ahli, bagaimana virus corona menyerang manusia, mulai paru-paru hingga otak. Anda sebaiknya mengetahui.

Editor: Duanto AS
https://www.medscape.com/
Coronavirus atau Covid-19 

Namun, yang lain seringkali memburuk tiba-tiba, mengembangkan suatu kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).

Menyerang paru-paru 

Kadar oksigen dalam darah pasien tersebut merosot dan membuat mereka berjuang lebih keras untuk bernapas. Pada rontgen dan pemindaian tomografi terkomputerisasi, paru-parunya penuh dengan keruhan putih di mana seharusnya ruang hitam berisi udara.

Umumnya, pasien-pasien ini berakhir dengan ventilator dan banyak yang meninggal dunia. Hasil otopsi menunjukkan, alveoli menjadi penuh dengan cairan, sel darah putih, lendir, dan detritus sel paru yang hancur.

Dalam kasus yang serius, SARS-CoV-2 di paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan parah di sana.

Tetapi, virus atau respons tubuh terhadapnya, dapat melukai banyak organ lain.

Beberapa dokter mencurigai kekuatan pendorong pasien yang sakit parah merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai badai sitokin yang diketahui memicu infeksi virus lainnya.

Sitokin merupakan molekul pemberi sinyal kimia yang memandu respons imun yang sehat; tetapi dalam badai sitokin, kadar sitokin tertentu melambung jauh melebihi apa yang dibutuhkan, dan sel kekebalan mulai menyerang jaringan yang sehat.

Pembuluh darah bocor, tekanan darah turun, membentuk gumpalan, dan kegagalan organ katastropik dapat terjadi.

Beberapa penelitian telah menunjukkan, peningkatan kadar sitokin yang merangsang peradangan ini terdapat dalam darah pasien Covid-19.

“Morbiditas dan mortalitas sebenarnya dari penyakit ini mungkin didorong oleh respons inflamasi yang tidak proporsional terhadap virus ini,” kata Jamie Garfield, seorang ahli paru yang merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Temple University.

Namun, yang lain tidak meyakini hal tersebut.

"Tampaknya ada langkah cepat untuk mengaitkan Covid-19 dengan kondisi hiperinflamasi ini. Saya belum benar-benar melihat data yang meyakinkan bahwa itulah yang terjadi," kata Joseph Levitt, seorang dokter perawatan kritis paru di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

Ia juga khawatir bahwa upaya untuk meredam respons sitokin bisa menjadi bumerang. Beberapa obat menargetkan sitokin spesifik dalam uji klinis pada pasien Covid-19.

Tetapi, Levitt khawatir obat-obatan itu dapat menekan respons imun yang dibutuhkan tubuh untuk melawan virus.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved