Kisah Sniper

KISAH Lyudmila Pavlichenko, Sniper yang Habisi 300 Tentara Jerman dan Sekutunya di Perang Dunia II

TRIBUNJAMBI.COM – Pada Perang Dunia II melahirkan banyak drama, pahlawan, dan ragam kisah legendaris

Editor: ridwan
Kolase/TribunJambi.com
Lyudmila Pavlichenko, Sniper Rusia 

Lyudmila menikah dan memiliki seorang putra di usia remaja, meskipun pernikahannya tak berlangsung lama.

Pada 1937, tanda perang besar tampaknya sudah dekat. Lyudmila adalah seorang mahasiswa sejarah di Universitas Kiev dan terdaftar di sekolah menembak paramiliter.

Pada 1941 ketika perang mulai berkobar, dia yakin keterampilannya menjadi aset berharga bagi Tentara Merah.

Puluhan Rumah Warga di Dusun Bedaro Kabupaten Bungo Terendam Banjir

Tapi dia ditolak saat mendaftar untuk ditugaskan di garis depan. Soviet saat itu menempatkan semua wanita di jajaran pendukung.

Ketika perang semakin besar dan Hitler membidik Rusia, segala cara dilakukan para pemimpin Soviet untuk bertahan. Kaum wanita pun diizinkan masuk jajaran tempur.

Lyudmilla mula-mula diperintahkan bergabung sebagai perawat, tetapi ia terus memohon kepada petugas perekrutan untuk diizinkan bergabung sebagai penembak jitu.

Akhirnya ia diberi kesempatan bergabung, lalu dikirim ke front depan. Namun saat pertama, ia hanya diperintahkan menggali parit, karena senapan sangat terbatas.

Tweet Dirinya di Twitter Soal Corona Disentil Roy Suryo, Maia Estianty: Sumpah, Ini Geli Aku Bacanya

Terkadang prajurit di garis depan tidak pegang senjata, dan ia akan mendapatkannya dari rekannya yang tertembak.

Lyudmila bertahan dengan perannya. Ia memiliki satu granat untuk melawan "kaum fasis" seperti yang sering disebut Nazi.

Hingga kemudian seorang rekannya mendapatkan senapan dan memberikan ke Lyudmila. Dua minggu kemudian, ia mengklaim mendapatkan korban pertamanya.

SNIPER Cantik Dewi Kematian ISIS, Joanna Palani Kepalanya Dihargai Rp14 Milliar: Sedang Diburu ISIS

Dua tentara Rumania ia tembak dari jarak seperempat mil jauhnya. Setelah ini, para prajurit pria di unitnya menerima Lyudmila sebagai bagian penting dari tim mereka.

Pavlichenko bertempur di bagian selatan Front Timur, mundur kembali melalui Ukraina melalui Moldovia dan Odessa ke kota pelabuhan Sevastopol di Semenanjung Krimea.

Di sini, pertempuran/pengepungan mengerikan terjadi antara Oktober 1941 dan Juli 1942. Di benteng Maxim Gorki di luar kota, 1.000 tentara Rusia menahan serangan Jerman selama berminggu-minggu.

Dari 75 orang yang bertahan, 50 orang akhirnya jadi tawananJerman. Sebanyak 25 prajurit menolak ditangkap, meledakkan diri mereka dalam pertempuran.

Balasan Menohok Maia Estianty ke Roy Suryo, Usai Disebut Ada Motif Terselubung saat Bahas Corona

Di Sevastopol inilah Lyudmila Pavlichenko mengukir sejarahnya. Dia telah menembak mati hampir 200 musuh selama pertempuran di dekat Odessa, dan sisanya di Krimea.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved