Kisah Sniper

KISAH Lyudmila Pavlichenko, Sniper yang Habisi 300 Tentara Jerman dan Sekutunya di Perang Dunia II

TRIBUNJAMBI.COM – Pada Perang Dunia II melahirkan banyak drama, pahlawan, dan ragam kisah legendaris

Editor: ridwan
Kolase/TribunJambi.com
Lyudmila Pavlichenko, Sniper Rusia 

Pada Mei 1942, dia diangkat menjadi Letnan. Di antara 36 penembak jitu yang dimiliki Tentara Merah di front ini,Lyudmila Pavlichenko dikenal sebagai seorang pemburu.

Pada Juni 1942 dia terluka, dirawat dan tadinya berharap akan kembali ke garis depan. Namun, otoritas Soviet percaya Lyudmila bakal lebih berharga sebagai alat rekrutmen dan propagandis di luar negeri.

#PertaminaSiagaCovid19, Beri Bantuan dan Dukungan pada Jurnalis

Pada musim gugur 1942, ia pergi ke AS pada tur publisitas. Saat berada di sana, dia tinggal di Gedung Putih dan dijamu Ibu Negara Eleanor Roosevelt dan jadi teman baik sesudah perang.

Sementara Ny. Roosevelt tidak sejelas Lyudmila, ia juga blak-blakan, dan keduanya menjadi teman seumur hidup - Roosevelt bahkan mengunjunginya di AS setelah perang.

Ada banyak cerita lucu dialami Lyudmila selama tur di AS. Ia kerap ditanya dan diremehkan oleh para jurnalis Amerika karena posisinya sebagai perempuan penembak jitu.

Seragam roknya yang panjang juga kerap dikritik. Ia juga ditanya apakah wanita Tentara Merah bisa memakai make-up.

JANGAN Sepelekan Ruam Popok, Siapa Sangka Bayi Ini Idap Meningitis Seperti Glenn, Berakhir Tragis

Dia menjawab, "Tidak ada aturan yang melarangnya, tetapi siapa yang punya waktu untuk memikirkan hidungnya yang mengkilat ketika pertempuran sedang berlangsung?"

Saking jengkelnya, Lyudmila akhirnya menceramahi wartawan yang menemuinya. "Tuan-tuan, saya berusia 25 tahun dan saya telah membunuh 309 penjajah fasis sekarang. Tidakkah Anda berpikir, Tuan-tuan, bahwa Anda telah bersembunyi terlalu lama di belakang saya?'"

Lyudmila mengakhiri kariernya sebagai perwira pelatihan penembak jitu, setelah mencapai pangkat utama.

Kumpulan Ucapan Selamat Paskah 2020, Lengkap Bahasa Indonesia Cocok untuk Whatsapp dan Facebook

Setelah perang ia menyelesaikan gelar master dan memulai karier baru sebagai sejarawan. Dia meninggal pada 1974, menghabiskan sisa hidupnya dengan damai.(Tribunjogja.com/Thevintagenews/xna)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved