Kisah Militer RI

Cara Tak Biasa Kopassus Basmi Musuh, Tak Pakai Baret Merah Tapi Gunakan Celana Jeans Biru Robek

Cara Tak Biasa Kopassus Basmi Musuh, Tak Pakai Baret Merah Tapi Gunakan Celana Jeans Biru Robek-robek

Editor: Andreas Eko Prasetyo
The Blue Jeans Soldiers di Timor Timur. (Istimewa) 

Penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil dengan registrasi PK seperti Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service, biasanya mengenakan baju putih dan celana biru tua seperti lazimnya awak pesawat komersial.

Tetapi di samping kursi penerbang dan mekanik terdapat senapan serbu G-3 atau AK-47.

Satu diantara tim Kopassanda yang dikirim yakni tim Nanggala 2 dari Grup 2 Sandi Yudha.

Terkait Wacana Merumahkan Karyawan di Jambi, Ombudsman: Manajemen Harus Melibatkan Karyawan

Dampak Covid-19, KPU dan Bawaslu Siap Alihkan Dana Hibah Pilkada Serentak

 HEBOH! Istri Layani Pria Hidung Belang, Suami Bertugas Kuras Harta Korban!

 Terungkap! Zuraida Hanum Janjikan Umrah Gratis Bagi Pembunuh Suaminya, Jamaluddin Hakim PN Medan

 Seleksi POPDA di Kota Jambi Libatkan 8 Cabor

Sepanjang penugasan di Timor Timur tim ini dikenal juga sebagai The Blue Jeans Soldiers.

Alasan kenapa mereka dijuluki seperti itu tak lain dan tak bukan disebabkan oleh pakaian yang dikenakan prajurit Komando ini semua dari bahan blue jins.

Tak satupun anggota Tim ini menggunakan atribut pasukan Baret Merah.

Selama di medan perang mereka menggunakan pakaian sipil dengan seledang kain Timor menutupi tubuhnya.

Kebanyakan dari prajurit itu juga mengenakan Topi yang memiliki kekhasan Timor.

Para personel intelijen yang akan bertugas secara sangat rahasia itu dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).

Tugas utama Kolonel Dading bersama anak buahnya adalah memasuki wilayah Tim-Tim sebagai sukarelawan dan tanpa menunjukkan identitas sebagai pasukan elit.

Jika dalam tugas-tugasnya sebagai personel intelijen sampai menimbulkan bentrokan senjata dan gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.

Sekitar 250 personel Parako yang bertugas sebagai intelijen kemudian dikirim perbatasan NTT-Tim-Tim dan dalam penugasannya mereka selalu menyamar.

Ketika dikirim ke Atambua, NTT lalu ke Motaain, personel Parako menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Sedangkan senjata yang dibawa dimasukkan ke dalam karung yang telah dibubuhi tulisan berbunyi ‘alat-alat pertanian’.

 Di Sarolangun Ada Program Asuransi Ternak, Ini Syarat Jika Peternak Ingin Mengasuransikan Ternaknya

 Akses Jalan Menuju Lapangan Tembak Polres Muarojambi Sulit Dilalui Jika Hujan, Ini Tanggapan Sekda

 Ribuan Siswa SD & SMP di Batanghari Dipersiapkan Ikuti UN, Mulai dari Try Out hingga Simulasi Ujian

Tugas utama para personel Parako adalah menyusup ke Tim-Tim dalam bentuk kelompok kecil untuk membentuk basis-basis gerilya dan melakukan penyerangan.

Sebagai sukarelawan dan tidak bersetatus anggota militer dalam melaksanakan operasi intelijennya secara terbatas (limited combat intelligence) para personel Parako kebanyakan memakai celana jean dan kaos oblong serta jarang menenteng senjata.

Di kemudian hari ketika operasi militer ABRI secara terbuka untuk mendukung proses integrasi ke RI digelar, para personel Parako ternyata masih suka mengenakan celana jean dan kaos oblong.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved