Dari Jual Kerupuk Saifudin Bisa Kuliahkan Tiga Anaknya hingga Sarjana

Mengayuh sepeda dari kampung ke kampung untuk jualan kerupuk, Saifudin (52) bisa kuliahkan tiga anaknya hingga jadi sarjana.

Penulis: Herupitra | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Heru
Saifudin (52) bisa kuliahkan tiga anaknya hingga jadi sarjana dari hasil jualan kerupuk. 

Dari Jual Kerupuk Saifudin Bisa Kuliahkan Tiga Anaknya hingga Sarjana

TRIBUNJAMBI.COM, SUNGAI PENUH - Mengayuh sepeda dari kampung ke kampung untuk jualan kerupuk, Saifudin (52) bisa kuliahkan tiga anaknya hingga jadi sarjana.

Hal itu bisa dilakukan oleh warga Sungai Ning, Kecamatan Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh ini, berkat usaha kerupuk sari ikan yang dikelolanya. Usaha rumahan yang ditekuninya itu mulai dilakukan sejak 2003 lalu.

Bapak tiga anak ini menceritakan, di Sungai Penuh dirinya merupakan warga perantauan. Saat itu sekitar tahun 1989, dirinya berjualan kerupuk sari ikan.

Dengan menggunakan sepada dirinya masuk kampung keluar kampung, menitipkan kerupuk ke warung-warung.

"Saat itu saya jual kerupuk ambil di tempat orang," ungkap Saifudin.

Diduga Gunakan Narkotika, ASN di Tanjab Barat Dibekuk Polisi

VIRAL - Wanita Ini Menikah di Usia 68 Tahun Dengan Pacar Pertamanya Semasa SMA

Santi Menangis di Persidangan, Suaminya Dibunuh Saudaranya Karena Celana Levis

Hingga akhirnya, pada 2003 dirinya mulai membuat kerupuk sendiri. Saat itu pekerja hanya dia dan istrinya serta dibantu oleh anak-anaknya.

Usaha kerupuk sari ikannya itu terus berkembang. Kini ada beberapa orang bekerja di tempatnya.

"Saya tidak ada kerja sampingan, hanya usaha kerupuk ini saja. Alhamdulillah dari hasil ini, tiga orang anak saya semuanya telah jadi sarjana," tuturnya.

Diceritakannya, proses pembuatan kerupuk sari ikan miliknya membutuhkan waktu selama tiga hari. Mulai dari mengaduk tepung hingga pengorengan.

"Kedala cuma ada saat di penjemuran. Sebab jika hari hujan penjemuran tidak bisa dilakukan," jelasnya.

Sebab saat ini proses pembuatan masih dilakukannya dengan manual. Proses penjemuran tidak menggunakan oven atau mesin.

"Semuanya masih manual. Proses pengorengan juga masih menggunakan kayu dan tuku tanah," sebutnya.

Sejauh ini lanjutnya, pemasaran kerupuk sari ikannya hanya seputaran Sungai Penuh dan Kerinci. Penjualan dilakukan oleh orang yang mengambil ke tempatnya menggunakan motor kemudian diantar ke warung-warung.

Dalam usahanya tersebut, sehari bisa memproduksi sebanyak 200 kantong kerupuk.

"Sehari omsetnya sekitar Rp 3 juta," dia mengatakan.(*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved