Kisah Militer RI

Duet Maut Kopassus dan 3 Pendekar Banten Lawan Musuh yang Gunakan Ilmu Hitam di Desa Mapenduma

Duet Maut Kopassus dan 3 Pendekar Banten Lawan Musuh yang Gunakan Ilmu Hitam di Desa Mapenduma

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Tribun Jambi
Duet Maut Kopassus dan 3 Pendekar Banten Lawan Musuh yang Gunakan Ilmu Hitam di Desa Mapenduma 

Duet Maut Kopassus dan 3 Pendekar Banten Lawan Musuh yang Gunakan Ilmu Hitam di Desa Mapenduma

TRIBUNJAMBI.COM - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah miliki misi melawan musuh dengan ilmu hitam.

Sehingga, pasukan elite TNI AD itu pun meminta bantuan dari jawara atau pendekar asal Banten untuk membantunya. 

Inilah kisah tiga pendekar hebat yang berhasil bentengi Kopassus dari ilmu hitam musuh saat misi pembebasan sandera WNI di belantara Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Tiga pendekar hebat yang ikut misi Kopassus itu berasal dari daerah Banten.

Bisa disebut jawara Banten, Kopassus pun melakukan kolaborasi apik melawan musuh yang juga dilindungi oleh ilmu hitam.

Kedatangan Jawara Banten melindungi Kopassus demi memberi tameng bisa Kopassus mendapat serangan ilmu gaib.

 

ILUSTRASI Prajurit Kopassus.
ILUSTRASI Prajurit Kopassus. (Kontan.co.id)

Cerita satu ini dikutip TribunJambi.com (grup TribunJatim.com) dari seorang penulis bernama Ian Douglas Wilson.

Kala itu sebuah misi penyelamatan dibebankan oleh TNI baret hijau dan pasukan khususnya yang berbaret merah, yaitu Kopassus dalam menyelamatkan sandera.

Siapa sangka, di antara sepasukan berbaret hijau dan pasukan khusus berbaret merah itu, terdapat tiga orang sipil menjadi ujung tombak operasi pembebasan sandera di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Mereka, H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi, dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly merupakan jawara asal Banten.

Kepala Humas BPJS Kesehatan Beri Penjelasan Apakah Penderita Virus Corona Ditanggung

Langkah Pencegahan agar Tak Terinfeksi Virus Corona!

Kondisi Raline Shah yang Dihantam Hujan Es di Puncak Gunung Kilimanjaro, Jelang Ultah 35 Tahun

Panen Raya Padi di Pelawan, Wabup Minta Petani Manfaatkan Lahan dan Jangan Malas-malasan

Ketiga jawara pemilik ilmu adikodrati tersebut, dianggap berguna untuk menghalau serangan ilmu hitam pihak musuh.

“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal illmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah, seturut dikutip Kompas, 9 November 1998.

TNI, termasuk Kopassus kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.

Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan, dapat melihat, mengendus, dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup dilakukannya.

Saat operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Prabowo Subianto sebagai komandan Batalyon 328, menurut Douglas Wilson, telah aktif memperkenalkan perguruan pencak silat Satria Muda Indonesia (SMI) kepada para pemuda lokal.

Reaksi Ridwan Kamil Ada Warganya di Depok yang Positif Terinfeksi Virus Corona, Ambil Langkah Ini

11 Barang-barang yang Harus Disiapkan di Rumah, Siap Hadapi Karantina Saat Wabah Corona

Harga Cabai Merah di Pasar Sengeti Awal Maret Naik Rp 44 Ribu per Kg, Pedagang Sebut Pasokan Minim

BTS Capai Rekor Tercepat Setelah The Beatles Lewat Album Map of The Soul: 7

Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.

Pada tahun 1993, lanjut Douglas Wilson, instruktur-instruktur SMI telah melatih para anggota Grup III Kopassus di Batujajar, Bandung.

Lantas dua tahun melatih Korps Marinir, Korps Brigade Mobil (Brimob), Paskhas AU, dan Batalyon 321, 315, 328, dan 330 Kostrad.

 

Prajurit Kopassus saat beraksi di panggung
Prajurit Kopassus saat beraksi di panggung (TribunJambi.com)

Prabowo Subianto menganggap pencak silat merupakan antara sipil dan kehidupan militer.

“Pendidikan Pencak Silat dapat menjadi aspek penting memperkenalkan pertahanan negara Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Melalui Pencak Silat, kita dapat membuat masyarakat bersiap menjadi pertahanan negara dan Sishankamrata,” ungkapnya.

Ide tersebut, kolaborasi grup Silat dan militer, kemudian diterapkan saat operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua.

Tiga pendekar atau jawara asal Banten ikut pada operasi.

“Prabowo beranggapan memperkuat antara grup Pencak Silat dan militer sangat penting untuk pertahanan negara,” tulis Douglas Wilson.

Banten merupakan tanah bagi seluruh pendekar silat.

4 Cara Penularan Virus Corona dan Cara Mengantisipasinya, Dr dr Reviono, SpP (K) Beri Penjelasan

5 Fakta Dua WNI Terjangkit Virus Corona, Ibu dan Anak yang Tinggal di Depok, Begini Kondisinya Kini

Sidak Komisi IV DPRD Provinsi Jambi ke RSUD Raden Mattaher, Dapati Gedung Tak Terpakai & Alkes Rusak

Tak heran bila sejarah sosial di Banten sering berisi kisah tentang para jawara dan para jago silat dari pelbagai aliran serta paguron atau perguruan.

Di seantero Banten, tak kurang 50 perguruan silat tersebar, antara lain Gagak Lumayung, Pacar Putih, dan Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH).

Meski dasar pencak sama, masing-masing kelompok telah mengembangkan kekhasan teknik silatnya.

Di Banten, anggota SMI mencapai 9000, banyak di antaranya juga merupakan anggota Persatuan Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPSBBI) Chasan Sochib. (ekoprasetyo)

Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul 3 Pendekar Bentengi Kopassus dari Ilmu Hitam Musuh, Misi Bebaskan Sandera di Hutan berhasil

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved