Sejarah Indonesia

Terusir dari Istana, Soekarno Bawa Bendera Rahasia Ini Dibungkus Kertas Agar Soeharto Tak Tahu

Terusir dari Istana, Soekarno Bawa Bendera Rahasia Ini Dibungkus Kertas Agar Soeharto Tak Tahu

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Dok. KOMPAS/Istimewa
Soeharto (kiri) dan Soekarno (kanan) 

TRIBUNJAMBI.COM - Di Indonesia, pergantian presiden sudah sangat lumrah, namun di zaman pemerintahan Presiden pertama Indonesia, ada cerita miris yang terungkap.

Detik-detik pergantian kekuasaan antara Soeharto dan Soekarno menjadi peristiwa yang selalu dikenang.

Saat Soeharto berkuasa, Soekarno tidak lagi memiliki kewenangan untuk ada di Istana Negara.

Tanda-tanda lengsernya kekuasaan Soekarno ada di Peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965.

Era kekuasaan Soeharto pun mulai berjalan dan mencapai puncak.

Lepasnya Timor Timur Santer di Era Soeharto Karena Salah Paham Presiden Ini, Diungkap Sosok Berikut

Berakhir dengan Pengunduran Diri, Mahathir Mohamad & Soeharto Bersahabat, Kaget Dapat Perlakuan Ini

7 Ramalan Gus Dur Terbukti Mujarab! Nyata ke Soeharto dan Jokowi, Kini ke Ahok Bakal Terwujud?

Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto.
Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto. (Istimewa/Arsip Kompas)

Statusnya sebagai orang nomor satu di Indonesia pun membuatnya masih lekat dengan hubungan dengan Soekarno.

Pada saat Soeharto akhirnya berakhir pemerintahan dan lengser, ada peristiwa tak terlupakan.

Melansir TribunJatim dan dari buku berjudul "Selangkah Lebih Dekat dengan Soekarno" tulisan Adji Nugroho yang diterbitkan tahun 2017, beredar kabar kalau Soekarno dipaksa Soeharto untuk meninggalkan Istana negara.

Saat meninggalkan Istana Negara, Soekarno meninggalkan sejumlah barang berharga.

Isteri Bupati Batanghari Yuninnta Asmara Tendang Bola, Buka Turnamen Kades Cup 2020 di Pemayung

Bupati Cek Endra Targetkan Piala Adipura, Optimis Tahun 2020 Ini Bisa Diraih

Duet Prabowo dan Luhut Binsar Bentuk Pasukan Siluman Kopassus, Skill dan Kekuatannya Jadi Misteri

Di antaranya berbagai kemeja favorit, hingga arloji Rolex, dan berbagai barang berharga lainnya.

Meski demikian, ada satu barang berharga yang justru dibawa oleh Soekarno.

"Ketika meninggalkan Istana Kepresidenan, Bung Karno hanya membawa benda yang merupakan salah satu simbol dari 1001 kisah pengorbanannya untuk menyelamatkan bangsa Indonesia," tulis Ajdi Nugroho.

Benda yang dibawa, dan digenggam erat oleh Soekarno itu adalah bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih.

Tak Mau Kalah dari 3 Anaknya, Janda Ini Gelar Resepsi Pernikahan Megah Bersamaan dengan 3 Putrinya

Bob Bee Builder Gelar Body Kontes di Mall Jamtos, Kelas Super Begining Paling Diminati Peserta

Akses Masuk ke Arab Saudi Masih Ditutup, Kemenag Imbau Penyelenggara Umrah Stop Peserta Baru

Ilustrasi bendera Merah Putih
Ilustrasi bendera Merah Putih (TRIBUNJAMBI/ABDULLAH USMAN)

"Bendera itu hanya dibungkus dengan kertas koran," tandas Adji Nugroho.

Di buku lain, Soekarno memang dikisahkan membawa bendera pusaka merah putih dan menyembunyikannya saat Soeharto berkuasa.

Dilansir dari buku 'Berkibarlah Benderaku-Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka' karya Bondan Winarno, Soekarno menyembunyikan bendera merah putih saat lengser sebagai Presiden RI pada Maret 1967 dan digantikan oleh Soeharto.

Wajar saja petugas istana negara saat itu gempar karena tak menemukan Bendera Pusaka tersebut.

Mengenal Watak dan Kepribadian Orang yang Lahir di Bulan Maret: Ternyata Sosok Murah Hati Loh!

CV NA Sejahtera Tak Terdaftar di OJK

KOPER Besar Mengambang di Sungai Diambil Warga, Setelah Dibuka Isinya Membuat Gempar dan Ngeri

Padahal rencananya Bendera merah putih itu akan dikibarkan pada upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1967.

Istana negara kemudian membentuk delegasi untuk menemui Soekarno di Istana Bogor.

"Kenyataan bahwa Bendera Pusaka itu dijahit oleh Ibu Fatmawati dan merupakan milik pribadi Bung Karno, membuat kepemilikan benda bersejarah ini sempat menjadi masalah kecil," tulis Bondan Winarno.

Soekarno awalnya ragu dan menolak memberi tahu keberadaan Bendera merah putih itu.

Soekarno lantas meminta delegasi untuk kembali menemuinya pada 16 Agustus 1967.

Namun saat kembali menemui Soekarno pada 16 Agustus 1967, delegasi itu justru diajak Soekarno kembali ke Jakarta dan mendatangi Monumen Nasional (Monas).

"Ternyata Bung Karno menyimpan Bendera Pustaka di sebuah ruangan bawah tanah di kaki Monumen Nasional," tulis Bondan.

Jenderal Bintang 3 Dicueki Anak Buah Kala Nyamar Pakai Sandal Jepit, Terkejut Diperlakukan Begini

Sering Berseliweran di Sinetron dengan Peran Jadi Polisi, Profesi Masran Sebenarnya Sungguh Mulia

Setelah Bendera Pusaka diserahkan ke Istana, Presiden Soeharto tak langsung percaya bendera tersebut merupakan Bendera Pusaka.

Soeharto lantas memanggil mantan ajudan Presiden Soekarno Husain Mutahar untuk mengecek keaslian bendera tersebut.

Husain Mutahar adalah ajudan Presiden Soekarno yang mengamankan Bendera Pusaka saat Bung Karno dan Bung Hatta ditawan Belanda pada Agresi Militer Belanda ke dua.

Saat itu, Mutahar diperintah oleh Soekarno menjaga Bendera Pusaka.

Mengenal Watak dan Kepribadian Orang yang Lahir di Bulan Maret: Ternyata Sosok Murah Hati Loh!

Agar tak disita Belanda, Mutahar sampai membuka jahitan bendara tersebut dan memisahkan warna merah dan putihnya.

Setelah Agresi Militer II Belanda selesai, Bendera Pusaka dijahit kembali dan diserahkan kepada Soekarno

Karena tahu betul Bendera Pusaka, Mutahar mengatakan bahwa bendera yang disimpan Soekarno di Monas adalah Bendera Pusaka.

Tanda-tanda berakhirnya kekuasaan Soekarno terlihat saat Soeharto memberikan tiga opsi kepada salah satu istri Bung Karno, Ratna Sari Dewi.

Bob Bee Builder Gelar Body Kontes di Mall Jamtos, Kelas Super Begining Paling Diminati Peserta

Hal ini berawal saat Soekarno selaku presiden RI memerintahkan Mayjen Soeharto mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan setelah peristiwa G30S/PKI

Dilansir dari buku 'Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar', Soeharto kemudian memerintahkan Brigjen TNI Yoga Sugomo dan Martono untuk merancang sebuah pertemuan rahasia dengan Ratna Sari Dewi.

Tujuan pertemuan itu untuk mengorek informasi, kebijakan, serta kegiatan Soekarno sebelum detik-detik G30S/PKI terjadi.

Soeharto menganggap semua orang yang dekat dengan Bung Karno harus diinterogasi perihal tragedi tersebut.

Mirisnya Nasib Guru Madrasah Diniyah di Provinsi Jambi, Dewan Minta Pemprov Carikan Formula Anggaran

Soeharto dan Ratna Sari Dewi direncanakan bertemu pada 20 Maret 1966 di lapangan golf Rawamangun, Jakarta Timur.

"Tidak mudah mengatur pertemuan itu karena Dewi adalah istri presiden. Oleh karena itu, diusulkan agar pertemuan dilakukan secara tidak resmi. Rencananya, Soeharto akan bertemu dengan Dewi di lapangan golf," kata Yoga dalam buku biografinya yang berjudul 'Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar' (*)

Artikel Ini Sudah Tayang di Intisari.com

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved