Ternyata Ini yang Bikin Amerika Lolos dari Serangan Rudal Balistik Iran dan Tak Jatuh Korban Jiwa
Sebanyak 16 rudal diluncurkan dari setidaknya tiga lokasi di Iran, kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper.
Momen peluncuran itu tertangkap oleh satelit inframerah. Satelit kemudian memperkirakan tujuan maupun ekor asapnya.
Selain itu, mereka juga mendeteksi informasi intelijen yang masuk. Pejabat itu mengatakan, terdapat laporan bahwa Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menginginkan serangan langsung kepada dewan keamanan nasionalnya.
Lebih lanjut, Menteri Pertahanan Mark Esper mengklarifikasi laporan bahwa AS menerima peringatan serangan Iran dari Irak.
Kantor Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi menuturkan, mereka mendapat peringatan verbal dengan serangan hanya terbatas pada markas pasukan AS.
"Kami secepatnya memberi tahu para komandan untuk mengambil langkah yang diperlukan," kata kantor Mahdi, yang menambahkan tak ada tentara mereka yang terluka.
Esper berujar justru sebaliknya, Baghdad yang mendapat tembusan dari AS berkat intelijen yang mendeteksi adanya peluncuran tersebut.
Situasinya kembali seperti sediakala?
Pidato Presiden Trump adalah campuran yang aneh dari ancaman, gertakan, serta semacam sentuhan untuk menurunkan eskalasi.
Kendati begitu, Trump masih menunjukkan lebih banyak hinaan dengan lebih banyak menerapkan sanksi ekonomi terhadap Teheran.
Dia juga tampak merayakan kemenangan dalam operasi pembunuhan Jenderal Soleimani, yang disebutnya sebagai "teroris top dunia".
Namun demikian, pada dasarnya ada tiga pesan utama Trump. Pertama, penurunan eskalasi. Tidak ada korban warga AS yang disebabkan serangan rudal Iran.
Dia mengatakan bahwa Iran "mundur", yang disebutnya ditandai kemungkinan penarikan pasukan rudalnya ke pangkalan semula. Trump juga tidak melontarkan ancaman sebagai tanggapan langsung AS atas serangan rudal Iran.
Kedua, kesepakatan nuklir. Dia menuntut para penandatangan perjanjian nuklir 2015 - JCPOA - yang sejak dulu ditolak AS, agar mundur.
Ketiga, Trump menekankan kemandirian energi AS, dengan meminta negara-negara anggota NATO "agar lebih terlibat dalam masalah di Timur Tengah".
Hal ini pasti akan dilihat sebagai sinyal lain bahwa AS letih atas perannya di wilayah tersebut, dan sinyal seperti ini tidak akan disambut oleh sekutu-sekutunya baik di Timur Tengah atau di NATO.