Sensus Penduduk Online (SPO): Untuk Siapa dan Untuk Apa?

Tentu saja, karena sensus penduduk secara online ini adalah yang pertama kali sejak sensus mulai dilaksanakan pada 1961 setelah Indonesia merdeka.

Editor: Duanto AS
Istimewa
Ni Kadek Suardani, Kepala Seksi Integrasi Pengolahan Data BPS Provinsi Jambi. 

*Oleh Ni Kadek Suardani

MEMASUKI 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia sudah harus tancap gas. Sensus Penduduk 2020 (SP 2020) yang akan dimulai pada pertengahan Februari, mengharuskan lembaga ini mengawali tahun dengan kerja keras.

Bagaimana tidak, waktu persiapan hanya tersisa kurang dari dua bulan.

Bukankah sudah SPO? Bukankah melalui SPO, BPS hanya melakukan monitoring saja terhadap pelaksanaannya? Penduduk akan "mensensus" dirinya sendiri bukan? Penduduk yang mana? Untuk apa sebenarnya SPO?

SPO Mengatasi Penduduk yang Tidak “Tersentuh” Petugas Sensus

Selain penggunaan data Adminduk dari Ditjen Dukcapil sebagai basis data, SPO merupakan terobosan besar lainnya dalam pelaksanaan Sensus Penduduk 2020.

Mengapa ini dikatakan sebagai terobosan besar?

5 Pernyataan Anies Baswedan Soal Banjir di Jakarta, yang Terakhir Jadi Paling Kontroversial

VIRAL Cara Anies Baswedan Tangani Banjir, Bukan Air Dikirim ke Laut Melainkan Hal Ini yang Dilakukan

Tentu saja, karena sensus penduduk secara online ini adalah yang pertama kali sejak sensus mulai dilaksanakan pada 1961 setelah Indonesia merdeka.

Sebelumnya, sensus dilaksanakan dengan kunjungan langsung oleh petugas dari rumah ke rumah atau dikenal dengan istilah "door to door".

Pada sensus penduduk konvensional tersebut, petugas tidak hanya dituntut untuk memahami konsep pendataan dan cara wawancara yang baik, tetapi juga dituntut untuk sabar dan mampu "menaklukkan" segala macam kondisi yang dihadapi.

Kesulitan bukan hanya tentang kondisi geografis, tetapi juga dalam menemui penduduk yang jarang di rumah, bahkan menolak untuk disensus.

Mengatasi penduduk yang tidak “tersentuh” oleh petugas sensus, inilah yang menjadi satu di antara alasan pelaksanaan SPO.

Fenomena penduduk yang tidak tersentuh ini umumnya terjadi di daerah perkotaan dan pada penduduk kelompok menengah ke atas.

Penduduk ini cenderung beraktivitas di luar rumah mulai dari pagi hingga malam hari, tak terkecuali hari libur atau pada akhir pekan.

Ini cukup menyulitkan petugas sensus untuk melakukan pendataan langsung ke rumah penduduk.

Selain itu mereka berpacu dengan waktu, karena sensus ataupun survei yang dilakukan BPS selalu ada batas waktunya.

Ini terkait dengan metodologi yang telah ditetapkan sebelum sensus atau survei dilakukan. Tidak bisa sembarangan.

Lalu bagaimana mengatasi masalah ini?

Bukan berarti kelompok penduduk ini adalah penduduk yang tidak peduli dengan pentingnya data sensus loh. Hanya saja mereka tidak “berjodoh” dengan petugas sensus.

Kelompok penduduk ini juga sudah hampir pasti memiliki literasi teknologi dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, sehingga jika mereka mengisi sensus dengan mandiri akan sangat memungkinkan.

Pendataan mandiri atau dikenal dengan istilah “self enumeration” ini memang sudah diterapkan di negara maju, seperti misalnya di Australia.

Negara dengan tingkat kesejahteraan, pendidikan, teknologi, dan “melek” statistik yang cukup tinggi tentu memudahkan sensus mandiri ini.

Inilah yang kemudian menjadi pertimbangan dilaksanakannya SPO di Indonesia pada tahun 2020.

SPO juga memudahkan masyarakat dengan memberikan pilihan cara baru untuk berpartisipasi dalam sensus.

SPO untuk Cita-Cita Full Based Registration 2030

Idealnya, data kependudukan dapat menggambarkan kondisi penduduk terkini secara periodik dan real time.

Ini dapat terwujud jika dilakukan pemutakhiran data registrasi penduduk secara tertib dan mandiri oleh penduduk.

Pemerintah mengharapkan hal ini dapat terwujud pada 2030, dimana data kependudukan secara lengkap tersedia melalui data registrasi bukan lagi dari sensus, atau dikenal dengan istilah Full Based Registration.

Melalui SPO, kita mencoba membangun budaya baru di masyarakat terhadap arti dan pentingnya data yang dimulai dari kepedulian terhadap data pribadinya.

Selain itu, dengan sensus mandiri, masyarakat dilibatkan sebagai subjek dalam proses bisnis pengumpulan data dan menjadi bentuk edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya teknologi.

Respon rate yang akan kita dapatkan dari SPO akan memberikan gambaran apakah kita siap untuk Full Based Registration pada 2030 atau belum.

Oleh karena itu, mari kita mulai proses ini. Walaupun SPO awalnya dirancang untuk kelompok penduduk tertentu, namun “modal” gaya hidup digital saat ini sangat memungkinkan kita untuk berpartisipasi pada Sensus Penduduk Online pada 15 Februari-31 Maret 2020 melalui sensus.bps.go.id.

*Ni Kadek Suardani, Kepala Seksi Integrasi Pengolahan Data BPS Provinsi Jambi.

Kedalaman Danau Kaco yang Tak Pernah Diketahui, Niat Mancing 5 Ekor Ikan Dapatnya Pun Cuma 5

6 Fakta Hilangnya Siswa SMA di Danau Kaco, Tak Lewat Gerbang Masuk Lagi saat Balik

Siapa Sebenarnya Ip Man? Kisah Nyata Pertempuran Wing Chun Lawan Kakek Guru Sendiri

Kisah Nyata 1909 Ip Man Hajar Polisi yang Pukuli Wanita saat Sekolah, Lalu Kabur dengan Teman

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved