Praktik Kawin Kontrak Kawasan Puncak, Tawarkan ke Turis Asing, Janda Minta Pria yang Tidak Kasar
Praktik kawin kontrak di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor yang telah cukup lama berlangsung.
"Kalau cuma deal kenapa harus ada walinya?," tanya Balqis Manikam.
"Nggak tahu juga ya, namanya juga orang sana, beda dengan prinsip kita, kita pun tidak tahu keinginan mereka seperti itu," kilah IM.
Sementara itu, ON menjelaskan kalau turis Arab meminta walinya, sementara ia pun akhirnya mengakali dengan menjadikan sang supir sebagai kakak wanita yang akan dijadikan istri kontrak.
"Saya (bilang) udahlah supir dijadikan kaka sama saya, kaka perempuannya.
Sedangkan supir nggak tahu apa-apa, saya yang nyuruh, supir suruh duduk, udahlah ini kakaknya.
Setelah itu dikasihkan uang sama supirnya, jadi gak usah kakak-kakak, diterima saja uangnya, terus yang saya ngerti bahasa Arab Mabruk, makasih, udah gitu aja," kata ON.
Soal sebutan kawin kontrak, IM tetap saja berkilah.
"Ya mungkin karena predikat kampung Arab kawin kontrak, tapi yang saya tahu perkawinan sejatinya nggak seperti itu.
Semacam booking aja, tapi harus menghadirkan saksi dan saya salaman," kata dia.
IM pun kemudian menjelaskan kalau dirinya tak ingin jika hal itu terjadi pada anak perempuannya sendiri.
"Jangan terjadi, anak saya jangan sampai," katanya.
Sementara itu, tersangka yang berlaku sebagai sopir yakni BS mengaku tak tahu menahu, karena dirinya hanya diminta mengantar tamu oleh ON.
"Baru pertama kali, sebelumnya kerja sebagai freelance, saya hanya disuruh aja, ikut masuk ke dalam disuruh salaman aja, gak ngerti bahasanya, yang saya dengar kayak ijab kabul," akunya.
Diberitakan sebelumnya, praktik prostitusi berkedok kawin kontrak di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor dibongkar Polres Bogor.
Empat mucikari dua diantaranya wanita ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kawin kontrak tersebut.