Dulu Buah Ciplukan Dibuang-buang, Kini Sekilo Ratusan Ribu, Ternyata Khasiat Ceplukan Tak Terduga

Bunganya yang muncul di ketiak daun berwarna putih kekuning-kuningan. Dari bunga ini kemu dian tumbuh buah yang bentuknya mirip lentera, menggantung

Editor: Duanto AS
kabarhandayani.com (inset tribunnews)
Buah ciplukan yang memiliki banyak khasiat 

Dulu Buah Ciplukan Dibuang-buang, Kini Sekilo Ratusan Ribu, Ini Ternyata Ini Khasiatnya

TRIBUNJAMBI.COM - Dulu buah ini hampir tak bernilai dan dibuang-buang, namun kini orang mencari buah ciplukan atau ceplukan.

Tentu Anda pernahkah mendengar nama ciplukan.

Banyak yang tidak mengetahui harga buah ciplukan ini apabila dijual, jangan kaget bila tahu ini.

Di Brunei sebijinya bisa dihargai Rp10 ribu. Sementara di mal di kota besar di Jakarta sekilonya mencapai Rp500 ribu.

Buah ciplukan atau cape gooseberry (IST)
Buah ciplukan atau cape gooseberry (IST) (IST)

Di Indonesia, ciplukan atau ceplukan ini bisa dijumpai di banyak daerah.

Tanaman ini tumbuh liar di lahan kosong, pekarangan rumah, atau tempat lain yang tanahnya tidak becek, baik di dataran rendah maupun tinggi.

Yogyakarta 1970, Sumarijem Diseret Beberapa Pria ke Mobil, Kisah Kapolri Hoegeng Dipensiun Cepat

Apa Itu Porang? Tanaman Umbi Bikin Paidi Pemulung Madiun Punya Omzet Miliaran Rupiah

Nama sebutan di daerah dan asal mula

Di Bali dikenal dengan ciciplukan.

Di Madura dikenal dengan nyor-nyoran.

Lain lagi di Jawa Barat (cecenetan), di Jawa Tengah (ceplukan), dan masih banyak lagi nama daerah lainnya.

Ternyata semusim yang tingginya hanya 10-80 Cm ini bukan tanaman asli Indonesia.

Tanaman ini berasal dari Amerika tropika.

Ia didatangkan oleh orang Spanyol pada zaman penjajahan abad XVII, ketika orang VOC masih merajalela bersaing dengan orang Spanyol dan Portugis menjajah bangsa kita.

Diduga yang berkenalan pertama kali dengan tanaman bawaan ini ialah orang Maluku (yang menyebutnya daun boba), dan Minahasa (yang menyebutnya leietokan), karena merekalah yang pertama kali dilanda penjajah Spanyol dari Filipina.

Dari Maluku, ada yang kemudian mengenalkannya ke Jakarta (sebagai cecenet), Jepara (sebagai ceplukan), Bali (keceplokan), dan Lombok (dededes). Dari Jakarta baru diperkenalkan ke Sumatra Timur (sebagai leletop).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved