Berita Bungo
Merunut Dampak Sistemik Pencemaran PETI di Bungo, Tumbuhan Kerdil hingga Kematian Ibu Anak
Kendati sejumlah pelaku mengaku sudah tahu imbasnya, itu tidak menyurutkan akivitas PETI atau yang juga dikenal dengan istilah dompeng yang ada
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Duanto AS
Masyarakat sekitar hanya bisa berharap, agar pelaku PETI tidak lagi beraktivitas di tempat tersebut. Karena, air tersebut dikonsumsi masyarakat, juga digunakan untuk sanitasi.
Selain itu, air cemaran dompeng juga dapat berpengaruh pada lubuk larangan.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bungo, melalui Kabid Perikanan, Quswen Ikmal khawatir aktivitas dompeng dapat merusak ekosistem sungai.
Menurutnya, PETI dapat merusak lubuk larangan. Padahal, keberadaan lubuk larangan sangat dibutuhkan untuk melestarikan lingkungan, terutama ekosistem sungai.
Dia menyebutkan, ada 123 lubuk larangan yang tersebar di berbagai dusun dalam wilayah Kabupaten Bungo.
"Jika sungai tercemar, itu (lubuk larangan) bagaimana? Padahal biota yang ada di sana dikonsumsi masyarakat," ujar dia.
Selain itu, limbah PETI juga bisa berdampak pada tumbuhan.
Tanah rusak, tanaman kerdil
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Bungo, Muhammad Hasbi, melalui Kabid Tanaman Pangan, Abdul Majid mengatakan, kandungan cemaran dompeng dapat merusak unsur hara yang ada pada tanah.
Dia mencontohkan, seperti yang terjadi pada padi atau jagung. Secara kasat mata, yang paling tampak adalah tumbuhan itu tumbuh kerdil.
"Yang paling tampak itu, kerdil tumbuhnya. Kalau kayak jagung, itu kerdil, terus buahnya kurang bagus. Padi kayak itu juga," jelasnya.
Jika itu dikonsumsi masyarakat, kata dia, secara otomatis dapat memengaruhi kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo, Safaruddin tidak menampik adanya pengaruh PETI terhadap kesehatan masyarakat.
Menurutnya, pengaruh tersebut tidak dapat langsung dilihat dalam jangka pendek, melainkan jangka panjang.
Lebih lanjut, limbah sisa PETI juga akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Hal itu diperparah jika masyarakat masih kurang mementingkan sanitasi.