Berita Bungo

Merunut Dampak Sistemik Pencemaran PETI di Bungo, Tumbuhan Kerdil hingga Kematian Ibu Anak

Kendati sejumlah pelaku mengaku sudah tahu imbasnya, itu tidak menyurutkan akivitas PETI atau yang juga dikenal dengan istilah dompeng yang ada

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Mareza Sutan AJ
Warga di Bungo menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari, sementara itu di sungai yang sama digunakan untuk PETI. Aktivitas penambangan emas tanpa izin masih banyak di Kabupaten Bungo. 

Merunut Dampak Sistemik Pencemaran Merkuri PETI di Bungo, Tumbuhan Kerdil hingga Kematian Ibu dan Anak

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Persoalan penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kabupaten Bungo belum menuai penyelesaian.

Kendati sejumlah pelaku mengaku sudah tahu imbasnya, itu tidak menyurutkan akivitas PETI atau yang juga dikenal dengan istilah dompeng yang ada di Kabupaten Bungo.

Mei 2019, jajaran Pemkab Bungo bersama TNI dan Polri melakukan razia di sekitar Bandara Muara Bungo.

Saat itu delapan rakit dibakar, sedangkan pelaku PETI berhasil kabur.

VIRAL, Status Terakhir Perempuan Tergantung di Tebo Jambi, Ditanggapi Lebih 2.000 Kali

Ritual Kuda Lumping di Teras Rumah Makan Korban Ibu PKK, Pelaku Akhirnya Sekarat

Hati-hati, 3 Spot Berbahaya Jalan Lintas Sabak Timur-Nipah, 4 Hari Ini Belasan Kendaraan Terperosok

Pada Juli 2019 lalu, sejumlah masyarakat di Dusun Rantau Duku, Lubuk Mayan, dan Tebing Tinggi, Kecamatan Rantau Pandan turun ke Sungai Batang Bungo.

Mereka memrotes aktivitas dompeng yang masih berlangsung di sekitar hulu sungai, tepatnya di sekitar Dusun Rantau Pandan, Kecamatan Rantau Pandan.

Dalam peristiwa itu, warga membakar alat yang diduga digunakan untuk aktivitas PETI atau dompeng.

Sebanyak 11 unit mesin dompeng dibakar, termasuk sejumlah rakit yang diduga digunakan dalam aktivitas PETI.

Kerusakan ekosistem air

Pantauan Tribunjambi.com, kondisi air di sungai tersebut berwarna kuning kecokelatan.

Datuk rio (kepala desa) Dusun Rantau Duku, Seh Kholik saat dimintai keterangan mengatakan, kekeruhan air mulai terjadi sejak adanya PETI di hulu Sungai Batang Bungo.

Menurutnya, kondisi air sudah keruh dan tidak layak di konsumsi lagi, sehingga membuat kemarahan warga memuncak.

"Limbah PETI itu sengaja dibuang ke Sungai Batang Bungo. Karena itulah, keruh air di sini. Padahal, kami sudah pernah menyurati yang bersangkutan," ujarnya.

Meski begitu, imbauan itu tidak diindahkan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved