Penemunya Tegaskan Minyak Kutus-kutus Bukan Obat, Memang Berhasil Sembuhkan Kaki Lumpuh Tapi
Dibuat dari ramuan rempah dan herbal, minyak Kutus-Kutus yang kini populer, sering dianggap sebagai obat untuk segala keluhan bagi pelanggannya.
Ketika itu, untuk berjalan saja ia harus dibantu.
“Saya merasa putus asa, karena ketika berobat ke dokter ternyata ketahuan ada banyak penyakit di tubuh saya dan dokter menyarankan untuk mengatasi gejala itu dulu ketimbang kaki saya,” ujar pria kelahiran Klaten yang kini menetap di Bali ini.
Bambang pun sering menyendiri ketika sakit. Ia menceritakan, kala itu sering duduk merenung di dekat pura-pura di sekitar rumahnya.
Suatu ketika ia merasa beberapa kali mendapat “bisikan” untuk membuat minyak demi mengobati kakinya.
• Update Terbaru Free Fire Bulan Desember 2019, Senjata Baru dan Karakter Teranyar, Apa Kelebihannya?
• Manfaat Luar Biasa dari Bangun Pagi, Ternyata Baik untuk Kesehatan Kulit, Mudah Konsentrasi?
• RESOLUSI Gisel Anastasia Untuk 2020, Bagaimana Nasib Gempita dan Masa Depan Bersama Wijin?
• Kepada Nikita Mirzani dan Billy Syahputra, Hotman Akui Tak Tahu Cara Transfer Duit Pakai ATM
Walau tidak memiliki pengetahuan tentang rempah dan herbal, ia mengikuti intuisinya.
Bambang pun mulai mengumpulkan bahan-bahan di sekitarnya dan meniru cara pembuatan minyak tradisional.
“Di banyak daerah di Indonesia ini memiliki minyak yang khas, misalnya saja di Makasar, Sumbawa. Jadi saya tiru saja caranya. Ramuan itu saya pakai untuk membalur luka saya. Hampir tiga bulan saya pakai, sudah kaya mandi minyak,” katanya.
Ternyata kakinya pulih.
Sisa minyaknya lalu ia bagikan kepada teman-temannya dan mendapat banyak masukan positif karena banyak yang merasakan gangguan kesehatannya hilang.

Arti nama Seperti halnya dorongan untuk membuat minyak balur yang misterius, nama Kutus-Kutus yang menjadi merek minyak ini ternyata bukan merupakan ide Bambang namun dari orang asing yang ia temui.
“Setelah di-googling ternyata arti Kutus-Kutus angka delapan. Menurut kepercayaan Tionghoa ini symbol kekayaan, keberuntungan. Lalu saya pakai saja nama itu dan iseng saya tambahkan kata ‘Tamba Waras’,” papar pria yang pernah menjadi illustrator musik untuk sinetron ini.
Minyak buatan Bambang pun mulai dipasarkan, namun tidak langsung laris seperti sekarang.
Selain karena aroma herbalnya yang masih menyengat, menurut Bambang, botol yang ia pakai pun kurang menarik.
Setelah satu setengah tahun mencari formulasi yang tepat agar bisa diterima banyak orang, di tahun 2014 minyak Kutus-Kutus pun mulai didistribusikan dengan bantuan seorang distributor yang memiliki latar belakang bekerja di perusahaan Multi Level Marketing.
“Pada awalnya kami tidak pernah beriklan, karena kami ini di desa. Tapi, saya aktif menulis di Facebook tentang berbagai hal, termasuk soal minyak ini,” ujar Bambang yang sebelumnya bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan komunikasi ini.