NYINYIRAN Pedas PKS Untuk Staf Khusus Presiden Jokowi Periode 2019-2024, Jangan Sekedar Gimik!

Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Muhamad Kholid mengkritik penambahan jumlah staf khusus Presiden Jokowi pada periode 2019-2024. Menurut

Editor: rida
net
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM- Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera ( PKS) Muhamad Kholid mengkritik penambahan jumlah staf khusus Presiden Jokowi pada periode 2019-2024.

Menurut dia, penambahan jumlah staf khusus membuat lembaga kepresidenan semakin gemuk.

Padahal, lembaga tersebut sudah memiliki Kementerian Sekretaris Negara (Kemensesneg), Kepala Staf Kepresidenan (KSP), dan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

"Coba banyangin, seskab, setneg, watimpres dan stafsus tambun (gemuk) sekali," kata Kholid dalam diskusi "Efek Milenial di Lingkaran Istana" di Ibis Hotel Tamarin, Menteng, Jakarta, Sabtu (23/11/2019).

Kholid merasa khawatir, apabila Presiden Joko Widodo memiliki banyak staf khusus untuk berkomunikasi dengan kelompok-kelompok strategis, presiden akan bingung.

"Katanya membantu tugas presiden berkomunikasi, nanti kalau terlalu banyak yang memberi masukan, itu saya mikir apakah bapak presiden nanti enggak makin bingung," ujar dia.

RESMI Jadi Komisaris Utama Pertamina, Intip Gaji dan Total Kompensasi yang Bakalan Diterima Ahok BTP

VIDEO: Lagi, Lubang Jarum PETI di Sarolangun Telan Korban, 2 Orang Tewas di Tempat

SEDANG BERLANGSUNG Live Streaming Arema FC Vs Persija Jakarta Kickoff 15.30 WIB, Tonton di Sini!

Kholid menyinggung penunjukkan staf khusus dari kalangan milenial.

Ia berharap, penunjukkan tujuh staf khusus muda itu tidak sekadar gimik, tetapi memberikan kontribusi besar untuk pemerintah.

"Adanya staf khusus, bukan hanya gimmick milenial, tapi policy," ucap dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menunjuk 13 orang sebagai staf khususnya.

Dari jumlah itu, tujuh orang merupakan wajah baru dan berasal dari kalangan milenial.

Jokowi memperkenalkan tujuh orang itu kepada pers di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/9/2019) sore tadi.

Mereka adalah Putri Indahsari Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Ayu Kartika Dewi, Angkie Yudistia, Gracia Billy Yosaphat Membrasar, Aminuddin Ma'ruf, dan Andri Taufan Garuda Putra.

Selain ketujuh milenial yang berusia 20 sampai 30-an tahun itu, Jokowi juga menunjuk dua wajah baru lainnya.

VIDEO: VIRAL Aksi Romantis Nikita Mirzani Pamer Foto Berdua dengan Jorge Lorenzo di Bali

LUPA Password Saat Login SSCASN BKN? Begini Cara Mudah Me-reset Password di Portal SSCASN BKN

WANITA Cantik Ditangkap Dibawa ke Toilet & Dipaksa Melepaskan Celananya: Tak Disangka Benda Ini

Ini Kata KPK Dua orang itu yakni Politisi PDI-P Arief Budimanta dan Politisi Partai Solidaritas Indonesia Dini Shani Purwono.

Namun, keduanya tak ikut diperkenalkan karena dianggap tak mewakili kalangan milenial.

Jokowi juga menunjuk sejumlah wajah lama kembali menjadi staf khususnya.

Mereka yakni Diaz Hendropriyono, Sukardi Rinakit dan Ari Dwipayana. Terakhir, Jokowi juga sudah menunjuk Fadjroel Rachman sebagai Staf Khusus Bidang Komunikasi/Juru Bicara Presiden.

Berbeda dengan 12 nama lain Fadjroel sudah ditunjuk sebagai staf khusus pada 22 Oktober lalu, dua hari setelah Jokowi dilantik sebagai Presiden 2019-2024.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi Tambah Staf Khusus, PKS: Semoga Bukan Sekadar Gimik"

Penulis : Haryanti Puspa Sari
Editor : Icha Rastika

VIDEO: Menteri BUMN Tunjuk Ahok Jadi Komisaris Utama PT Pertamina, Ini Tugasnya

VIDEO: Kemaluan Pria Tersangkut Cincin Baja, Dilepaskan Pakai Alat Berat

Ratusan Pebalap Turun di Sumatera Cup Prix (SCP) 2019, Race saat Hujan Turun di Kota Baru

POLISI yang Suka Selfie dan Upload Hidup Bermewah-mewah Jalani Sidang Etik dan Dijatuhi Sanksi

7 staf khusus dari kalangan milenial
7 staf khusus dari kalangan milenial (Instagram @sekretariat.kabinet)

Staf Khusus Milenial Jokowi, antara Kebutuhan atau Ornamen Politik?

Presiden Joko Widodo telah menunjuk 7 staf khususnya yang berasal dari kaum milenial pada Kamis (21/11/2019) kemarin di Istana Merdeka.

Total, Jokowi memiliki staf khusus sebanyak 13 orang, termasuk para milenial tersebut.

Ketujuh orang tersebut adalah Putri Indahsari Tanjung, Adamas Belva Syah Devara, Ayu Kartika Dewi, Angkie Yudistia, Gracia Billy Yosaphat Membrasar, Andi Taufan Garuda, dan Aminuddin Ma'ruf.

Mereka nantinya diharapkan bisa memberi masukan-masukan segar kepada presiden terkait kebijakan-kebijakan pemerintah.

Menanggapi penunjukan itu, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Kuskridho Ambardi menganggap hal itu sebagai upaya atau metode yang dilakukan Jokowi untuk cepat mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi.

"Kalau cara normal kan dia dibantu oleh menteri dan staf-stafnya sampai level Dirjen, tapi itu kan birokrasinya panjang," kata Dodi, sapaan akrab Kuskridho, kepada Kompas.com, Jumat (22/11/2019).

Menurut Dodi, kepentingan utamanya adalah bisa mendapatkan solusi yang tepat dan lebih cepat tanpa harus terhambat oleh birokrasi.

Sebab, Jokowi selama ini dikenal menyukai sesuatu yang praktis dan tidak berbelit-belit.

Sesuai dengan Perhatian Jokowi

Mantan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia itu mengatakan, komposisi staf yang banyak diisi kaum milenial itu sesuai dengan apa yang menjadi perhatian Jokowi.

"Nah, perkembangan digital itu menjadi perhatian jokowi. Latar belakang dari orang-orang itu, selain mereka anak muda, mereka juga lulusan dari universitas-universitas top dunia," paparnya.

"Sementara kan kalau kita melihat kementeriannya kan relatif orang-orang karier yang mungkin visinya itu masih di dunia lama," sambungnya.

Transformasi itu yang menurut Dodi ingin digagas dan diwujudkan Jokowi.

Karenanya, kehadiran milenial di tubuh staf khusus bisa menjadi amunisi dan sumber daya bagi Jokowi untuk berpikir lebih tepat dan dinamis guna menghadapi era digital.

Kaderisasi Sementara itu, dosen Fakultas Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Wijayanto mengatakan, penunjukan kaum milenial tersebut bisa dimaknai sebagai upaya Jokowi untuk memberikan legacy kaderisasi kepemimpinan bangsa.

Menurutnya, hal tersebut tidak banyak dilakukan di masa-masa sebelumnya, bahkan mungkin belum pernah terjadi.

"Ini menjadi menarik karena pada saat yang sama kita melihat partai politik tidak melakukan kaderisasi dengan baik. Itu terlihat dari minimnya anak muda di parlemen," kata Wijayanto kepada Kompas.com, Jumat (22/11/2019).

Wijayanto mengatakan jika keterwakilan anak muda di parlemen saat ini hanya 72 anak muda atau sekitar 12,5 persen.

Ia menanggapi bahwa anak muda yang ditunjuk Jokowi itu bukan anak muda biasa, tetapi memiliki prestasi di dunia masing-masing.

Meski demikian, penunjukan tujuh staf khusus milenial ini bukan berarti tidak memiliki sisi negatif.

Menurut Wijayanto, lingkaran istana dan kabinet Jokowi saat ini relatif besar.

Kehadiran milenial tersebut justru semakin mempergemuk pemerintah yang terdiri dari 34 menteri, 12 wakil menteri, dan 13 staf khusus.

"Sekarang kita melihat ada staf khusus, kita bisa bertanya apakah mereka benar-benar efektif atau hanya sebagai ornamen politik," ujar Wijayanto.

Ia mengatakan, jika ada bayang-bayang pesimisme terhadap kaum milenial tersebut.

Bukan tentang pesimisme karena mereka tidak kompeten, tetapi apakah benar pikiran-pikiran mereka nanti didengar oleh presiden dan dimanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan yang produktif.

"Karena kita tahu kabinet sudah gemuk dan semua ingin punya peran di sana. Ketika kepentingan-kepentingan elit berseberangan dengan milenial ini tentu kita bisa menduga siapa yang akan menang," paparnya.

Kendati demikian, Wijayanto menunggu bagaimana presiden bisa memanfaatkan keberadaan para staf khusus milenial terhadap kebijakannya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Staf Khusus Milenial Jokowi, antara Kebutuhan atau Ornamen Politik?"
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Sari Hardiyanto

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved