Profil Staf Khusus Jokowi

Kehebatan serta Profil 7 Milenial yang Jadi Staf Khusus Jokowi, Ada Pendiri Ruang Guru dan Aktivis

Kehebatan serta Profil 7 Milenial yang Jadi Staf Khusus Jokowi, Ada Pendiri Ruang Guru dan Aktivis

Editor: Andreas Eko Prasetyo
KOMPAS.com/Ihsanuddin
Presiden Joko Widodo memperkenalkan 7 orang yang menjadi staf khususnya. Pengumuman itu dilakukan di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (12/11/2019). 

Berkat itu, ia diberikan beasiswa penuh dan tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk biaya pendidikan selama SMA. Ia pun dikenal aktif berorganisasi, terpilih untuk menjabat sebagai Ketua OSIS di SMA Presiden

Ia melanjutkan kuliah di  Nanyang Technological University, Singapura. Hebatnya, ia double degree di pascasarjana dua universitas terkenal dunia, Harvard University, Amerika Serikat, dan  Stanford University, Amerika Serikat.(wikipedia.com)

Satu Orang Meninggal, Dinas Kesehatan Imbau Agar Warga Jambi Waspada DBD

Warga Perum Permata Hijau Kuala Tungkal Protes Pembangunan Jalan Karya Jadi Lebih Sempit

Habiskan Anggaran Miliaran, 2 Pelabuhan Pendaratan Ikan di Tanjabtim Mangkrak, Tak Jelas Milik Siapa

3. Ayu Kartika Dewi - Perumus Gerakan Sabang Merauke

Lewat program SabangMerauke dan Milenial Islami, Ayu Kartika Dewi ingin mendorong narasi-narasi perdamaian dan keberagaman di Indonesia

Sejak kecil Ayu Kartika Dewi sering berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti ayahnya yang harus berdinas di daerah lain, membuatnya terbiasa berada di lingkungan masyarakat yang beragam.

Namun saat bertugas menjadi guru sekolah dasar di Desa Papaloang, Halmahera Selatan, Maluku Utara, ia tersentak dengan kenyataan soal intoleransi dan konflik dalam masyarakat di negara ini.

Waktu itu 2010, dan Ayu sedang mengikuti program Indonesia Mengajar, sebuah lembaga nirlaba yang merekrut, melatih, dan mengirim anak-anak muda terpilih ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai pengajar SD.

Pengalaman di Maluku mendorong Ayu untuk mengabdikan dirinya pada isu keberagaman setelah kembali ke Jakarta. Pada 2013, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga itu mendirikan SabangMerauke, sebuah program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia, untuk menanamkan nilai toleransi, pendidikan, dan keindonesiaan.

Dalam program tersebut, para peserta yang merupakan siswa sekolah menengah pertama selama tiga minggu tinggal dengan keluarga yang berbeda dan berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda. Setelah kembali ke daerahnya, mereka akan menjadi diharapkan menjadi duta perdamaian di daerah masing-masing.

Sampai sekarang SabangMerauke telah menjangkau ribuan siswa. Ayu mengatakan interaksi dengan anak-anak tersebut selalu membuat ia geleng-geleng kepala sambil tersenyum, terutama saat mendengarkan pengalaman para peserta ketika pertama kali bertemu dengan umat agama yang berbeda dari mereka. (aminef.com)

4. Angkie Yudistia - Pendiri Thisable Enterprise.

Wanita yang lahir 32 tahun lalu ini dikenal sebagai perempuan penyandang disabilitas berpengaruh di Indonesia.

Sejak usia 10 tahun, Angkie kehilangan pendengarannya. Dugaan sementara, hal itu tidak terlepas dari konsumsi obat-obatan antibiotik saat ia mengidap penyakit malaria.

Setidaknya, butuh waktu 10 tahun bagi penulis buku ‘Perempuan Tunarungu, Menembus Batas’ itu untuk bangkit.

Angkie kemudian melanjutkan kuliah jurusan Ilmu Komunikasi di London School of Public Relations Jakarta.

Rumah KuBisa, Rumah Kemandirian dari Konsumen Alfamart dan Yayasan Sayap Ibu untuk Disabilitas

Hadapi Kabut Asap, Tahun Depan Bakal Ada Rumah dan Sekolah Aman Asap di Batanghari

Umur Tak Jadi Halangan, Pak Tarno Buka-bukaan Sering Mesra-mesraan dengan Istrinya yang Pramugari

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved