Kerusuhan di Papua
Terungkap Isi Hoaks Ujaran Rasial yang Picu Kerusuhan di Papua, 21 Orang Tewas di Lokasi
Terungkap, aksi anarkis bermula ketika pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis turun ke jalan namun tak diindahkan. Akhirnya mereka
“Jadi anarkis bermula ketika mereka merusak sekolah SMA Yapis, yang saat itu juga para pelajarnya dibuat ketakutan,” jelasnya Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua.
Dari sinilah, lanjut Chandra, kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka mengajak seluruh pelajar SMA di Kota Wamena untuk ikut turun ke jalan.
“Kita sudah coba redam bersama Bupati Jayawijaya, namun ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut-ikutan turun ke jalan. Padahal, kemarin itu merupakan jadwal para pelajar melangsungkan ujian,” katanya.
2. Disusupi KNPB

Masih dikatakan Chandra, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).
“ Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkapnya Senin.
Setelah peristiwa itu, tambah Chandra, para pelajar yang melakukan aksi unjuk rasa memaksa sekolah-sekolah lain untuk ikut turun ke jalan.
“Ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut turun ke jalan. Jadi aksi ini murni dilakukan para pelajar. Namun aksi pembakaran ini sudah terencana dilakukan pihak ketiga, di mana hal ini kelompok KNPB,” ujarnya.
Adapun titik-titik yang direncanakan dibakar, sambung Chandra, yakni kantor pemerintahan dan tempat-tempat perekonomian.
“Seperti kita ketahui kantor bupati hangus terbakar, kantor PLN sebagai pusat penerangan dibakar dan tempat usaha serta rumah-rumah warga,” ujarnya.
3. Dipicu kabar hoaks
Rudolf memastikan bahwa alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks).
"Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujarnya di Jayapura.
Rudolf mengklaim kepolisian sudah mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya tidak benar.
"Guru tersebut sudah kita tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kita pastikan. Jadi kami berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.