Kerusuhan di Papua
Terungkap Isi Hoaks Ujaran Rasial yang Picu Kerusuhan di Papua, 21 Orang Tewas di Lokasi
Terungkap, aksi anarkis bermula ketika pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis turun ke jalan namun tak diindahkan. Akhirnya mereka
Terungkap, aksi anarkis bermula ketika pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis turun ke jalan namun tak diindahkan. Akhirnya mereka merusak sekolah Yapis.
TRIBUNJAMBI.COM - Berikut ini beberapa fakta tentang kerusuhan di Papua, tepatnya di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).
Kerusuhan itu dipicu adanya kabar hoaks tentang ujaran rasial guru ke siswa di sekolah menengah atas (SMA).
Keberadaan informasi tersebut, langsung menyebar luas dan memicu kemarahan massa yang akhirnya berujung kericuhan.
Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, melaporkan, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Baca Juga
Jokowi Tak Akan Terbitkan Perppu, Benarkah Revisi UU KPK Inisiatif DPR RI?
Fakta Baru Vina Garut Terungkap, Videonya Jualan Via Twitter, Kuatkan Pengedarnya Adalah Orang Ini
Siapa Sebenarnya Budiman Sudjatmiko? Di Jogja Dikejar-kejar Intel, Dipenjara 13 Tahun, Terbongkar
Foto-foto Kerusakan Usai Demo di Wamena, 21 Sipil Meninggal, Korban Terjebak di Ruangan Terbakar
Rahasia 4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Banyak yang Tak Menduga Cara Ini Dilakukan
Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja mengatakan, pihaknya sudah menelusuri dugaan ujaran rasial itu dan kenyataannya tidak ada.
Sementara itu, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya, disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).
Pasca- kerusuhan yang terjadi, situasi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin malam sudah mulai kondusif.
Namun, untuk mengantisipasi adanya aksi susulan, aparat gabungan TNI-Polri terus bersiaga.
Berikut fakta selengkapnya:
1. Kronologi kerusuhan

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo yang dilakukan para pelajar SMA ini bermula adanya informasi yang viral di tengah-tengah masyarakat tentang dugaan ujaran rasisme diduga dilakukan seorang guru. Akan tetapi, setelah dilakukan pengecekan hal itu tak benar terjadi.
Dikatakan Chandra, sebenarnya kemarin (Senin) sama sekali tidak ada rencana aksi unjuk rasa di Kota Wamena. Untuk unjuk rasa sendiri direncanakan akan berlangsung tanggal 26-27 September 2019.
Candra menjelaskan, aksi anarkis bermula ketika para pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis untuk ikut turun ke jalan namun tak diindahkan, sehingga mereka merusak sekolah Yapis.