Editorial
Penanganan Karhutla yang Terkesan Terlambat
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada di kategori tidak sehat bahkan berbahaya
KABUT asap yang kini melanda Provinsi Jambi dan daerah-daerah lainnya, belum memperlihatkan tanda-tanda berkurang.
Sementara korban sudah berjatuhan.
Terkini adalah seorang bayi berusia 4 bulan di Palembang. Ia diduga meninggal dunia karena kondisi buruk udara saat ini.
Ini harus menjadi catatan penting bagi aparatur pemerintah.
Sementara dampak lainnya terlihat .
Penerbangan terganggu. Mulai dari penundaan hingga pembatalan. Tak terkecuali di Jambi.
Di dunia pendidikan, sekolah-sekolah diliburkan. Kembali masuk bila Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) agak membaik.
Lalu kembali libur tatkala ISPU masuk kategori tidak sehat bahkan berbahaya.
Di Kabupaten Batanghari yang telah libur sejak 12 September lalu, kembali diperpanjang.
Libur sekolah untuk anak sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga SMP.
Baca: Resmi DPR Sahkan UU KPK Hasil Revisi, DPR dan Pemerintah Sepakati Tujuh Poin Perubahan
Baca: Udara Kota Jambi Berasap, Ini Cara Membuat Alat Penjernih Udara Sederhana
Baca: Jambi Muara Kopi Semesta
Begitu juga daerah lain seperti di Muarojambi, yang kembali akan meliburkan siswa sampai tiga hari ke depan.
Ditambah libur yang diberikan pada pekan sebelumnya, total sudah lebih dari sepekan siswa tak mengikuti kegiatan belajar dan mengajar karena kabut asap ini.
Di Provinsi Riau sendiri telah dilakukan hujan buatan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, sementara di Jambi, rencananya akan dilakukan hujan buatan segera.
Dengan catatan, setelah kondisi cuaca memungkinkan untuk dilakukan penyemaian garam.
Tanda-tanda kemarau akan berakhir juga belum tampak.
Sehingga upaya cepat dan tepat guna untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini mendesak dilakukan.
Mengingat solusi lain yang telah dilakukan pemerintah tampaknya tak berhasil.
Kritik pun wajar muncul bahwa kali ini pemerintah lamban melakukan antisipasi bencana kabut asap, setelah dalam beberapa tahun belakangan kebakaran hutan dan lahan tidaklah semasif saat ini.
Apa yang terjadi?
Apakah upaya pencegahan benar-benar terlambat?
Benarkah karena kemarau kali ini yang lebih lama sehingga kebakaran lahan dan hutan yang lebih luas tak terhindarkan?
Apapun itu bencana kabut asap besar bukanlah terjadi kali ini saja, namun sudah berulang beberapa kali.
Sampai-sampai warga mengatakan penanganan kabut asap sebelumnya cepat karena politis, sementara kali ini tidak mengingat agenda politis yang sudah lewat.
Mudah-mudahan pemerintah segera bergerak cepat karena semakin lama dibiarkan, kabut asap ini akan semakin merugikan, jangan tunggu jatuh korban berikutnya lagi.
Rencana taktis seperti hujan buatan perlu dilakukan, membantu upaya petugas pemadaman di lapangan yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk itu. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/kabut-asap-di-tanjabtim.jpg)